Rabu, 24 Oktober 2012

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PERSILANGAN


Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman






Disusun Oleh :
Nama : Fatkhonudin
N I M : D1A009162


Laboratorium Pemuliaan Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Juli 2012
Materi ke II
TEKNIK PERSILANGAN BUATAN
Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan teknik persilangan buatan pada tanaman kedelai.
Prinsip teori
Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop). Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:
Stuktur bunga.
Waktu berbunga.
Saat bunga mekar.
Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
Tipe penyerbukan.

Bahan Dan Alat
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanaman pada polibag yang tidak dijadikan sampel (1 polibag)
3.2 Alat
Alat yang digunaka adalah sbb :
Pinset dengan ujung runcing
Benang jahit berwarna (sebaiknya kuning), untuk penana bunga yang telah disilangkan.
Label (dibuat dari bahan MAP plastik, dengan ukuran 2 X 6 cm), lengkap dengan benang pengantung.
Pensil 2B
Cawan petri/vial atau wadah lainnya untuk tempat meletakkan bunga jantan yang akan digunakan dalam persilangan.












Langkah Kerja
Persilangan dilakukan antara varietas yang berbeda, dengan tanaman pada masing masing polibag praktikan sebagai tetua betina. Tetua jantan adalah tanaman dari polibag lain dengan varietas yang berbeda. Setiap praktikan hanya membuat satu pasangan persilangan dengan jumlah bunga yang disilangkan diusahakan sebanyak mungkin. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30 – 50 HST), sampai bunga habis. Persilangan dilakukan setiap hari (kecuali hujan) mulai pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Struktur Bunga
Berbentuk seperti kupu kupu
Bunga kedelai, Terletak pada ruas batang
Berwarna unggu atau putih
Terdiri dari daun kelopak dengan 5 sepal
  Struktur bunga Mahkota dengan 5 petal
10 benang sari dan 1 putik
Sembilan benang sari berbentuk tabung, 1 terpisah.
Terdiri dari 1 petal bendera
Mahkota 2 petal sayap, dan
2 petal tunas bungga
Terletak di tengah benang sari megandung 1 bakal buah dengan 1 – 5 bakal biji.
  Tangkai putik panjangnya kira kira setengah dari panjang bakal buah, membengkok kearah benang sari yang bebas dan di ujungnya terdapat kepala putik.
Penyediaan Bunga Betina Dan Kastrasi
Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua betina, kemudian kepala putik nya diserbuki dengan serbuk sari variabel dari tetua jantan yang telah disiapkan.
Tetua Betina Bunga kedelai yang dapat dijadikan tetua betina adalah bunga yang masih dalam stadia kuncup dan diperkirakan akar mekar ke esok harinya. Kuncup bunga yang paling tepat dikastrasi adalah kuncup yang masih terbungkus kelopak dan pada bagian atas telah tampa mahkota bunga sepanjang kira kira 0.5 mm. Kuncup bunga muncul 1 -5 hari diawal pembungaan umumnya lebih baik untuk disilangkan karena ukuran bunganya lebih besar dibandingkan bunga bunga pada tahap akhir pembungaan. Pada setiap buku sebaiknya hanya 2 saja yang disilangkan, sisanya dibuang.
Kastrasi Kuncup bunga yang akan dikastrasi dipegang pangkal nya dengan ibu jaridan telunjuk tangan kiri, ujung daun kelopak kemudian dijepit dengan pinset yang dipegang tangan kanan, kemudian ditarik kebawah dengan agak kesamping, dengan cara ini akan seluruh bagian daun kelopak akan terambil dengan 2 – 3 kali tarikan. Setelah daun kelopak terbuang mahota bunga dijepit pada sekitar 1/4 bagian dari ujung atas, kemudian dengan hati hati dicabut sambil digoyang goyangkan. Benang sari biasanya ikut tercabut dengan mahkota bunga sedangkan putiknya tertingal. Bila benang sari tidak ikut tercabut akan terlihat kepala sari yang mengelilingi putik berwarna hijau muda dengan panjang sekitar 1 – 1,5 mm. Kepala sari dibuang dengan mengunakan pinset yang runcing.



Pengambilan serbuk sari
Tetua jantan Serbuk sari diambil dari tetua jantan yang sedang mekar dan tampak segar, biasanya ditandai dengan warnanya yang cerah. Bunga bunga tersebut diambil dengan ,mengunakan pinset dan dikumpulkan pada cawan petri, mahkota bunga dibuka dan dicabut dengan mengunakan pinset, kemdian benang sari diambil dengan cara menjepit dan mencabut tangkai sarinya. Untik melihat apakah serbuk sarinya masih baik atau tidak kepala sari disentuhkan pada kuku ibu jari. Bila terdapat tepung halus yang melekat pada kuku, maka serbuk sari cukup baik dan siap untuk diserbuki.

Penyerbukan dan panen polong hasil persilangan
Penyerbukan Benang sari yang mengandung serbuk sari variabel dioleskan pada kepala putik betina yang sudah dikastrasi. Bunga bunga yang telah disilangkan ditandai dengan megikatnya benang pada pangkal bunganya. Hal ini dilakukan agar pada waktu panen dapat antara polong hasil persilangan dan polong hasil penyerbukan sendiri. Pada tanaman tetua betina diberikan label yang Menyatakan kombinasi persilangan. tingkat keberhasilan persilangan oleh tenaga yang terampil mencapai 50%.
Panen Polong hasil persilangan dipanen saat matang dan kering dengan kadar air sekitar 20%, kemudian dibijikan dan dijemur hingga kadar air kadar air biji mencapai 10% biiji F1 hasil persilangan ini siap ditanam untuk emperoleh tanaman F2 hasil penyerbukan sendiri.




Hasil dan pembahasan
5.1 Hasil
a. Tabel Hasil Persilangan
Tetua Jaya wijaya X Detam 1

No. Berhasil Di silang Tidak Berhasil Di silang Jumlah Silang
1. 3 21 24

b. Gambar Praktikum terdapat pada lampiran 1.

Pembahasan
Teknik Persilangan
Persilangan dilakukan antara varietas yang berbeda, dengan tanaman pada masing masing polibag praktikan sebagai tetua betina. Tetua jantan adalah tanaman dari polibag lain dengan varietas yang berbeda. Setiap praktikan hanya membuat satu pasangan persilangan dengan jumlah bunga yang disilangkan diusahakan sebanyak mungkin.
Langkah – Langkah :
Setelah berumur 30 – 50 HST atau sudah mulai berbunga, dilakukan penyilangan sebanyak mungkin, penyilangan dapat dilakukan setiap hari (kecuali hari hujan) pada pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Memilih bunga yang diperkirakan mekar esok harinya dengan ciri-ciri kuncup bunga membengkak dan corolla mulai kelihatan muncul sedikit pada kelopaknya. Kelopak bunga dibuang dengan pinset. Kemudian buang bungga mahkota dengan cara menarik perlahan – lahan mahkota (sepal). Sampai habis.
Membuang seluruh stamen dengan menggunakan pinset sehingga hanya tertinggal kepala putik.
Memilih bunga yang mekar sebagai sumber serbuk sari (pejantan), lalu buka mahkotanya dan ambil anter yang sudah siap untuk diserbukkan kekepala putik atau stigma.
Melakukan pemindahan serbuk sari kekepala putik.
Setelah menyilangkan diberi tanda dengan cara memberi ikatan pada tangkai bunga yang disilang dengan mengunakan benang, dan beri label pada batang tetua betina dengan nama kedua tetua yang disilangkan.

Tingkat keberhasilan persilangan

Jaya Wijaya X Detam 1

Persentase keberhasilan =   (berhasil disilang)/(jumlah silang)   X   100%
  =   2/24   X   100%
=   8,33 %
Dari hasil persilangan yang saya lakukan pada tanaman kedelai, ternyata persentase keberhasilan yang didapat adalah sebesar hasil perhitungan diatas, dimana untuk persilangan antara kedelai varietas jaya wijaya dengan kedelai varietas detam 1 didapatkan persentase keberhasilan sebesar 8,33 % dimana jumlah biji perpolong yaitu 2 biji kedelai walaupun sebenarnya dalam satu polong ada 3 biji akan tetapi satu biji pada polong hasil persilangan kosong.

Alasan Keberhaslian Dan Ketidak Bershasilan Persilangan
Hasil persilangan tersebut kemungkinan tidak 100% dihasilkan dari persilangan buatan. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan pemulia dalam hal menerima informasi, yaitu bunga yang kami silangkan ternyata bunga yang telah hampir mekar sehingga kemungkinan ada serbuk sari yang sudah jatuh pada stigma dan telah terjadi pembuahan. Namun tidak semua hasil silang tersebut berasal dari bunga yang hampir mekar, akan tetapi ada juga bunga yang disilangkan tersebut berasal dari bunga yang disilangkan sewaktu kuncup dan hampir mekar.
Sebenarnya cukup banyak bunga yang kami silangkan yaitu sekitar 24 bunga. Namun dari sebanyak itu hanya 2 bunga yang jadi dan sisanya tidak jadi, atau tingkat keberhasilan adalah sekitar 8,33% , memang pada awalnya bunga itu telah hampir jadi pentil/buah polong. Namun setelah beberapa hari kemudian bakal polong tersebut tidak berhasil menjadi polong melainkan gugur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung misalnya pada saat persilangan terjadi kekurangan air, akibatnya banyak pentil/polong kedelai yang gugur karena kadar air yang kurang tercukupi, Mungkin juga bisa disebabkan karena tiap varietas kedelai juga memiliki tingkat keberhasilan penyerbukan yang berbeda-beda, dan kecocokan dalam persilangan, hal ini terlihat ada kegagalan yang begitu besar dari penyerbukan buatan ini, mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh tingkat ketelitian oleh pemulia sendiri, sebab struktur bunga yang begitu kecil dan kondisi lingkungan yang tidak stabil dan kurang nya siraman air dari pemulian, dan serta adanya faktor dalam misalnya perbedaan tingkat persilangan antara varietas yang berbeda.




























Kesimpulan dan saran
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
Proses persilangan tanaman kedelai ini banyak membutuhkan ketelitian / kejelian si pumulia agar tidak terjadi kegagalan.
Kondisi lingkungan tidak boleh dalam kondisi terlalu lembab atau kering.
Proses pemindahan serbuk sari ke kepala putik, alat yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Bunga yang akan disilang sebaiknya bunga yang diperkirakan akan mekar ke esokan harinya.
Pemulia harus mempelajari struktur bunga nya terlebih dahulu.
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:
Stuktur bunga.
Waktu berbunga.
Saat bunga mekar.
Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
Tipe penyerbukan.

6.2 Saran
Sebelum melakukan persilangan hendaknya praktikan mempelajari / membaca penuntun praktikum agar tidak terjadi kesalahan informasi yang menyebabkan kegagalan dalam proses persilangan dan praktikan / pemulia hendaknya lebih jeli dalam hal penyilangan tanaman kedelai, tanaman yang sudah disilangkan sebaiknya diberi cukup air, artinya selalu disiram.










Lampiran 1.
Gambar Tanaman Kedelai usia 1 minggu






Gambar tanaman Kedelai usia 2 Minggu







Gambar Proses Persilangan
Gambar Polong Hasil Persilangan

LAPORAN PEMULIAAN TANAMAN SISTEM REPRODUKSI


Materi ke I
SISTEM REPRODUKSI TANAMAN
1. Tujuan
Mahasiswa mengenal alat kelamin jantan dan betina pada bungga.
Mahasiswa mengetahui variasi bentuk dan letak alat kelamin jantan dan betina pada bungga.
Mahasiswa dapat membedakan jenis bungga pistillate, staminate, dan hermaprodit.
Mahasiswa mengetahui waktu bunga mekar.
Mahasiswa mengetahui waktu putik reseptif

2. Prinsip teori
Reproduksi tumbuhan dibagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif terjadi secara alami dan buatan. Reproduksi generatif terbagi menjadi dua yaitu pada Gymnospermae dan Angiospermae. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan di atas terjadi secara alami. Tumbuhan juga dapat dikembangbiakkan secara buatan dengan cara: mencangkok, stek, okulasi, merunduk, kultur jaringan dan lain-lain (Srikini 2008: 4).
Reproduksi seksual pada tumbuhan terjadi pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka, misalnya pinus, cemara, melinjo, damar, dan pakis haji), dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup yaitu monokotil dan dikotil). Flora atau tumbuh-tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia sama-sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya karena cara inilah tumbuhan mempertahankan keturunannya. Kegiatan berkembangbiak atau beranak ini pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan betina atau kepala putik dengan benang sari (Pratiwi 2007: 191).  
Perkembangbiakan secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan atau anakan tanaman baru. Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya seperti bawang merah. Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada di sekitarnya yang dapat tumbuh dengan cara geragih adalah batang yang menjalar secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya jadi tanaman baru. Contoh seperti jagung dan ketela rambat (Campbell 2003: 355).
Sistem reproduksi ini tidak melibatkan proses penyerbukan. Keuntungan reproduksi secara buatan ini adalah keturunan yang dihasilkan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya dan cenderung lebih cepat menghasilkan buah. Kekurangannya antara lain sistem perakaran kurang kuat dan jika ranting dipotong menyebabkan menurunnya pertumbuhan. Reproduksi vegetatif merupakan suatu perluasan dari kapasitas tumbuhan untuk  melakukan pertumbuhan tak terbatas. Individu baru (keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual dikatakan termasuk dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai susunan genetik yang sama (Pratiwi 2007: 356).
Gametogenesis adalah peristiwa pembentukan gamet (sel kelamin). Pembentukan spermatozoid disebut dengan spermatogenesis, sedang pembentukan ovum disebut dengan oogenesis. Spermatogenesis pada tumbuhan adalah proses pembentukan serbuk sari yang berlangsung di kepala sari dan oogenesis berlangsung  di ruang bakal buah (putik). Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari di kepala putik untuk tumbuhan Angiospermae sedang untuk Gymnospermae langsung pada bakal biji (Srikini 2008: 5).                              
Reproduksi  pada tumbuhan dari sel generatif dapat terjadi dengan pembuahan (amfimiksis),  atau tanpa  melalui pembuahan (apomiksis). Reproduksi (perkembangbiakan) ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Dengan reproduksi  maka makhluk hidup dapat mempertahankan kelangsungan jenisnya (spesies) sehingga tidak punah. Pembuahan pada angiospermae disebut pembuahan ganda sebab terjadi 2 kali pembuahan (Pratiwi 2004: 193).
Sama seperti halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah.Baik benangsari maupun putik dilindungi oleh kelopak bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk mahkota bunga. Polinasi atau penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari benangsari masuk ke kepala putik bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal biji. Ada juga tumbuhan yang bisa dikembangkan tanpa pembuahan (Srikini 2007: 28)

3. Bahan Dan Alat
a. Allamanda sp
b. Carica papaya
c. Pinus merkusii
d. Hibiscus rosasinensis
e. Vanda sp
f. Caesalpinia pulcherima
g. Canna sp

4. Langkah Kerja

1. Mengamati setiap jenis bunga dan bagian bagiannya, jika bagian bunga terlalu kecil dapat dibantu dengan mengunakan kaca pembesar.
2. Mengambar bunga dengan beagian – bagiannya, kemudian memberi
Keterangan untuk masing masing bagian.
3. Menghitung jumlah daun kelopak (sepal), daun mahkota (petal), benang sari (statmen), dan putik (pistil)
4. Mengelompokan setiap jenis bunga kedalam tipe pin atau thrum berdasarkan ukuran stamen dan pistilnya.
5. Setelah itu kemudian mengelompokan setiap bunga termasuk pistillate, staminate, atau hermaprodite (biseksual)
6. Kemudian kelompokan setiap jenis ke dalam kelompok yang menyerbuk sendiri atau silang
7. Mencari informasi kapan waktu mekar dan reseptifnya putik untuk setiap jenis bunga atau dalam kata lain kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan persilangan buatan
8. Merekap hasil pengamatan anda untuk point 3-7 dalam tabel.


5. Hasil dan pembahasan
a. Hasil Praktikum
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Allamanda sp
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae                        
Divisio            : Spermatophyta
Class               : Monocotyledonaea
Ordo               : Apocynales
Family            : Apocynaceae
Genus             : Allamanda
Spesies      :Allamanda sp                      
Nama              : Bunga Allamanda
Keterangan :
1.    Pediculus
2.    Calyx
3.    Corolla
4.    Ovarium
5.    Stylus
6.    Stigma
7.    Stament

b. Carica papaya
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio    : Spermatophyta  
Class       : Dicotyledoneae
Ordo       : Caricales
Family    : Caricaceae
Genus      : Carica
Spesies    : Carica papaya
Nama      : Bunga egeta
Keterangan :
1.         Stamen  
2.         anther
3.         filament
4.         stigma
5.         stilus
6.         ovul

c. Pinus merkusii                                                                  
Klasifikasi                                                      Kingdom        : Plantae
Divisi              : Spermatophyta                    
Class               : Dycotyledonae              
Ordo               : Coniferales                      
Family            : Pinaceae                      
Genus             : Pinus          
Spesies           : Pinus merkusii
Nama              : Pinus                                  
Keterangan :

1.    Bakal biji
2.    Mikrospora
3.    Strobilus betina
4.    Strobilus jantan

d. Hibiscus rosasinensis
Klasifikasi
Kingdom  : Plantae
Divisio     : Spermatophythas
Class       : Dicotyledoneae
Ordo        : Malvales
Family      : Malvaceae
Genus      : Hibiscus
Spesies     : Hibiscus rosasinensis
Nama       : Kembang sepatu        
Keterangan :
1.  Pediculus 5. Filament
2.  Calyx 6. Polen
3.  Corolla 7. Stylus
4.  Ovarium 8. Stigma

e. Vanda sp
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Class               : Monocotyledoneae
Ordo               : Polales
Family            : Orchidaceae
Genus             : Vanda
Spesies           : Vanda sp
Nama              : Anggrek
Keterangan :
1. Corolla
2. Folium
3. Caulis
4. Stamen
5. Stigma

f. Caesalpinia pulcherima
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio     : Spermatophyta
Class        : Dicotyledoneae
Ordo        :  Leguminosae            
Family      : Caesalpiniacea
Genus      : Caesalpinia
Spesies     : Caesalpinia pulcherrima
Nama       : Bunga Merak

Keterangan :
1.    Pediculus
2.    Calyx
3.    Corolla
4.    Stigma
5.    Stamen
6.    Ovarium
7.    Stylus
8.    Filament

g. Canna sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio    : Spermatophyta
Class       : Monocotyledoneae
Ordo       : Cannaceales
Family    : Cannaceae
Genus     : Canna
Spesies   : Canna sp
Nama     : Bunga canna

Keterangan :
1.    Corolla
2.    Stigma
3.    Calyx
4.    Sepal
5.    Pediculus
6.    Stamen
7.    Polen
8.    Petal

b. Pembahasan
Allamanda sp adalah bunga yang berupa perdu, berumur panjang (perenial), tinggi bisa mencapai ± 4 meter.  Batangnya berkayu, silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai dan merenggang.  Menurut Srikini (2008: 28) bahwa daun Allamanda sp tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau, bentuk jorong, panjang 5 – 15 cm, lebar 2 – 5 cm, helaian daun tebal, ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan bawah halus, serta bergetah.  Bunganya majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundibuliformis) berwarna kuning, panjang mahkota 8 – 12 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus).
                 Carica papaya merupakan semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus, bulat silindris, diatas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, di luar terdapat tanda berkas daun yang banyak, tinggi tumbuhan ini antara 2,5 – 10 meter. Menurut Pratiwi (2007: 205) bahwa daunnya berjejal pada ujung batang dan ujung cabang, tangkai daun bulat silindris, berongga, panjang 25 sampai 100 cm, helaian daun telur bulat, bertulang daun menjari, bercabang menjari berbagi menjari ujung runcing dan pangkal berbentuk jantung garis tengah 25 – 27 cm, taju selalu berlekuk menyirip tidak beraturan.
Vanda sp termasuk ke dalam jenis akar serabut (monokotil) dan merupakan akar udara atau akar gantung yang berfungsi untuk mencegah kehilangan air yang terlalu besar. Bunga ini umurnya relatif pendek termasuk biseksual karena memiliki putik dan benang sari. Menurut Srikini (2008: 35) bahwa bunga anggrek terdiri dari lima bagian utama, yaitu sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), benang sari, putik, dan juga ovari (bakal buah). Sepal berfungsi untuk melindungi kuncup. Anggrek memiliki 3 helai sepal yang warnanya indah, berlainan dengan sepal bunga lainnya yang umumnya berwarna hijau, letaknya membentuk segitiga. Setelah sepal, didapatkan 3 helai petal yang juga terletak dalam bentuk segitiga.
Caesalpinia pulcherima  merupakan perdu. Daun hampir selalu majemuk menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau beranak daun satu. Menurut Srikini (2008: 31) bahwa terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah bahwa pada suku ini, bunga memang masih sering mempunyai mahkota yang nyata berbentuk seperti kupu-kupu pula, tetapi ke 5 daun mahkota bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daun mahkota kurang dari 5, bahkan sampai tidak ada. Benang sari 10, jarang lebih, biasanya berlekatan dengan bermacam-macam cara.
Canna sp merupakan herba tegak dengan tinggi 0,5 – 2 m. Semua bagian vegetatif dan daun kelopak sedikit atau banyak berlilin. Helaian daun eliptis memanjang dengan pangkal dan ujung runcing berwarna hijau muda sampai hijau tua, kerapkali merah kecokelatan atau keseluruhannya coklat tua, tepi pucat atau pucat. Menurut Pratiwi (2007: 202) bahwa karangan bunga kerapkali bercabang. Daun kelopak tidak sama, kerapkali berwarna serupa dengan mahkota panjangnya 1 sampai 1,5 cm.
Daun tunggal bertepi rata atau berlekuk beranekaragam. Kebanyakan bertulang menjari, duduknya tersebar mempunyai daun-daun penumpu, bunga banci, aktinomorf, daun kelopak 4 – 5 lembar dengan susunan katup. Menurut Srikini (2008: 33) bahwa Hibiscus rosasinensis merupakan semak atau terna, jarang yang berupa pohon, seringkali dengan batang yang mempunyai serabut-serabut kulit, serta penutup permukaan organ-organ tertentu yang berupa rambut-rambut bintang atau sisik-sisik. Daun tunggal, bertepi rata atau berlekuk beraneka ragam, kebanyakan bertulang menjari, duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga besar, banci, aktinomorf, daun kelopak 4 – 5, sedikit banyak berlekatan.
                   Pinus merkusii merupakan anggota coniferales yang paling terkenal dan umumnya dijumpai di hutan alamiah atau lindung. Menurut Campbell (2003: 175) bahwa Pinus merkusii memiliki struktur bunga majemuk dan bereproduksi dengan strobilus dan merupakan tumbuhan berumah satu. Bunga jantan bertumpuk pada tunas yang muda yang memiliki panjang ± 2 cm. Sedangkan bunga yang betina di ujung tunas yang muda berbentuk silindris dan runcing. Pada ujungnya runcing, bersisik dan berwarna coklat. Buahnya berbentuk kerucut berperisai seperti sisik, ujungnya berbentuk jajar genjang. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih dan bersayap, mudah terlepas dan berwarna putih kekuning-kuningan







6. Kesimpulan dan saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
1. Pada Hibiscus rosasinensis terdapat dua alat kelamin yaitu putik dan benang sari dimana letak benang sari berada dibawah putik.
2. Bahwa Carica papaya tidak mempunyai kelopak bunga.
3. Bunga Caesalpinia pulcherima berupa bunga majemuk.
4. Caesalpinia pulcherima dan Allamanda sama-sama mempunyai bentuk bunga menyerupai bentuk terompet.
5. Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari di kepala putik untuk tumbuhan Angiospermae sedang untuk Gymnospermae langsung pada bakal biji.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN HERITABILITAS


Materi ke II
PERHITUNGAN NILAI DUGA HERITABILITAS
1. Tujuan
Mahasiswa memahamidan mampu melakukan perhitungan dan interprestasi nilai duga heritabilitas dengan metode komponen varians.
2. Prinsip teori
Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak dipakai dalam pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam fenotip dari suatu karakter.
Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan besarnya ialah :


dimana σG2 merupakan total ragam genotipe, dan σE2 adalah total ragam lingkungan.
Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan apakah disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor-faktor lingkungan. Sehingga diperlukan suatu pernyataan yang bersifat kuantitatif antara peranan faktor keturunan relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dalam memberikan penampilan akhir atau fenotipe yang kita amati. Heritabilitas yang demikian, kita sebut sebagai heritabilitas dalam arti sempit, yang besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana σA2 adalah ragam genetik-aditif, sedangkan σG2 dan σE2 telah didefinisikan dibawah (1).
Nilai heritabilitas pada (2) tentu saja lebih kecil dari/atau maksimum sama dengan nilai heritabilitas pada (1). Hal ini akan menjadi jelas kalau kita ingat bahwa sA2 adalah merupakan sebagian daripada : σG2= σA2 + σD2 + σE2
Banyak cara untuk memperoleh nilai heritabilitas. Satu cara dengan lainnya belum tentu memberikan nilai yang persis sama. Cara perhitungan heritabilitas di atas adalah merupakan pendugaan heritabilitas berdasarkan komponen ragam. Pada umumnya dilakukan terhadap populasi awal yang baru terbentuk.
Metode pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam pemuliaan tanaman, metode ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi PO). Pendugaan heritabilitasnya didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung (fullshib). Untuk tanaman menyerbuk silang, bila progeny (keturunan) saudara tiri diregresikan dengan tetua tunggal, maka berlaku h2 = 2b, di mana b = Cov (P,O)/Var (P). Sedangkan untuk tanaman menyerbuk silang bila saudara sekandung diregresikan dengan mid parent atau pada tanaman menyerbuk sendiri antara F1 dan F2, atau F2 dan F3, dan seterusnya, maka berlaku h2 = b. Dengan P-O regression ini pendugaan dapat berbias bila asumsi yang digunakan (tidak ada hubungan antara tetua P1 dan P2 atau peran gen tidak aditif, atau skala yang berbeda) tidak berlaku sehingga untuk pengujian lebih lanjut terdapat koreksi yang disebabkan oleh hubungan tersebut.
Untuk pendugaan heritabilitas dalam arti luas dengan cara lain, secara sederhana dapat memperoleh dengan jalan menanam dalam satu percobaan, kedua populasi F1, F2 dari pertanaman tersebut. Keragaman F1 merupakan ragam lingkungan, sedangkan ragam pada F2 adalah ragam genetik dan ragam lingkungan. Dengan demikian heritabilitas dari karakter tersebut adalah :
h2bs = σG2/(σG2 + σE2) = (σF22 – σF12)/σF22
Contoh yang lain adalah apabila kita mempunyai satu set dari populasi kedua tetua (A dan B), F1 dari A x B, Silang balik F1 ke masing-masing tetua [BC1 = ( A x B ) B dan BC2 = ( A x B ) A], dan F2 dari persilangan A x B. Pendugaan heritabilitas berdasarkan populasi ini akan lebih baik karena lebih telitinya pendugaan ragam lingkungan, yakni berdasarkan rata-rata dari A , B dan A x B. Ketiga populasi ini diharapkan tidak bersegregasi dan memberikan nilai ragam lingkungan yang lebih baik dari pada ragam F1 saja. Dengan mengikutsertakan induk kedua tetua, F1, BC1, BC2 , dan F2 maka kita bisa menduga heritabilitas dengan arti sempit, dalam hal ini :
h2ns = 1/2 x σA2/(1/2 σA2 + 1/4 σD2 + σE2), di mana pembilang dapat diperoleh dari : 2σF22 – (σBC12 + σBC22). Sedang penyebut adalah ragam dari F2 sendiri
3. Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a. Kawi h. Kaba
b. Detam 2 i. Menyapa
c. Gumitir j. Anjasmoro
d. Argopuro k. willis
e. Cikuray l. Petek
f. Ringgit m. Jaya wijaya
g. Ijen

4. Langkah Kerja
Metode
Percobaan disusun dengan rancangan Acak Kelompok 5 ulangan dengan 13 varietas kedelai sebagai perlakuan, sehingga seluruhnya terdapat 65 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri dari 4 polibag, setiap polibag terdiri dari2 tanaman. Tanaman sampel diambil secara acak atau dua polibag di anatara empat polibag tanaman yang terdapat pada setiap percobaan, dengan jumlah tanaman sampel yang diamati berjumlah 3 tanaman.
Varibel yang diamati untuk perhitungan nilai duga heritabilitas
Pengamatan dilakukan pada saat panen pada seluruh tanaman sampel (4 tanaman) untuk parmenter- pamenter berkut:
1. Tinggi tanaman (cm) : pengamatan dilakukan dengan mengukur  tanaman sampel dari leher akal sampai ketiti tubuh
2. Jumlah cabang : pengamtan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang utama pada tanaman sampel
3. Jumlah buku subur : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah semua buku yang mengandung sedikitnya satu polong atau lebih.
4. Jumlah polong per tanaman : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel.
5. Jumlah biji per polong : pengamatan dilakukan dengan menghitung rata rata jumlah biji per polong pada setiap tanaman sampel.
6. Jumlah biji per tanaman : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah seluruh biji yang terdapat pada tanaman sampel.
7. Bobot biji per tanaman (g): pengamatan diakukan dengan menimbang bobot biji setiap tanaman sampel yang telah dikeringkan / dijemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 3 hari (KA ± 14%)
8. Bobot 100 biji : pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot 100 butir biji baik yang terdapat pada tanaman sampel yang telah dikeringkan / dijemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 3 hari (KA ± 14%), jika jumah biji dalam satu batang tanaman kurang dari 100 butir, lakukan konversi sehinga diperoleh bobot 100 butir.










5. Hasil dan pembahasan
5.1 Hasil
Hasil dari praktikum kali ini terdapat pada lampiran 1.

5.2 Pembahasan



6. Kesimpulan dan saran

LAPORAN PRAKTIKUM PASCA PANEN PROSESING BENIH


BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang
Di Indonesia, dalam bidang agronomi, yang dimaksud benih adalah fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya secara generatif. Sedangkan dalam pengertian ilmu tumbuhan, yang dimaksu dengan benih adalah biji yang berasal dari ovule. Ovule dalam pertumbuhannya setelah masak (mature), lalu menjadi biji (seed), sedangkan integumentnya menjadi kulit biji (seed coat) dan ovary menjadi buah (fruit). Dalam pengertian praktis sehari-hari oleh petani, bahkan juga oleh beberapa agronomiawan, istilah benih ini sering dicampur-campurkan dengan istilah bibit.
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas-varietas yang mempunyai genotipe yang baik. Sedangkan yang dimaksud faktor fisik yaitu benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian, persen perkecambahan tinggi, bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insektisida, kadar air biji rendah yaitu 12-14% untuk benih serealia dan kedelai.
Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan sampai diterima oleh petani untuk ditanam.
Untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang tinggi yang sesuai dengan keinginan petani,maka tidak hanya hal-hal di atas saja yang perlu diperhatikan akan tetapi pada proses pengolahan pun juga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus agar benih yang dihasilkan tetapo berkualitas. Pada bagian pengolahan meliputi pembersihan benih, grading dan perlakuan benih.
Processing / Pengolahan Benih
Pada bagian pengolahan benih, terbagi atas beberapa bagian-bagian dimana masing-masing bagian tersebut memiliki peranan yang sama penting dalam menentukan kualitas suatu benih.
Pembersihan Benih Dan Pemungutan/Pengumpulan Benih
Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam kegiatan pengumpulan benih.
1. Yang perlu dilakukan sebelum benih dikumpulkan
Menentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis)
Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih

1.2 Tujuan :
Untuk mendapatkan benih cabe, tomat yang siap untuk dikemas


BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat Dan Waktu
Adapun tempat waktu praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,   Juni 2012
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian    Uniersitas Jambi.
2.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Alat
Unit penimbang,
Pisau belah,
Ember plastik,
Saringan kelapa,
Penampi/tampah,
Sarung tangan

Bahan
Buah tomat yang matang fisiologis 1 kg,
2.3. Cara Kerja:
a. Buah dibuka dengan menggunakan pisau, lalu di pisahkan seluruh bijinya
b. Bersihkan biji dengan air mengalir sampai daging biji dibersihkan seluruhnya
c. Biji di letakkan di tampah untuk dikering anginkan
d. Setelah biji kering lalu ditimbang berat bijinya.
e. Catat hasil pengamatan, bahas dengan menggunakan teori dan buat kesimpulannya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Tomat
Berat total : 760gr
Berat daging : 746gr
Berat biji basah : 16 gr
Berat biji kering : 1 gr
b. Cabai
Berat total : 100gr
Berat daging : 76gr
Berat biji  basah : 24 gr
Berat biji kering : 15gr

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan mencoba mengolah benih dengan mengolah mengunakan metode atau cara manual biasa yaitu mengupas kulit tomat dan cabai yang kemudian biji dan daging buah dipisahkan, biji dibersihkan dari kotoran dan setelah itu dikering angginkan.
Sehinga  dapat didapat berat total seluruh biji tomat yaitu 769 gram, berat daging 746 gram dan biji basah 16 gram dan biji kering 1 gram sedangkan pada buah cabai dapat dihasilkan berat total yaitu 100gram, berat daging buah yaitu 76 gram, berat biji basah 24 gram dan berat biji kering 15 gram, sehinga dapat dilihat bahwa biji tomat dan cabai memiliki berat yang berbeda apabila sudah biberi perlakuan.

PASCA PANEN BUNGA POTONG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penanganan pasca panen terhadap bunga potong sangat berperan penting terutama di dalam hal memperpanjang kesegaran dan vaselife dari bunga potong. Hal yang sering menjadi permasalahan utama adalah, sesaat setelah bunga dipanen, akan mengalami kelayuan, senescence (menguning, coklat) dan absisi (gugur). Oleh karenanya, diperlukan suatu penanganan pasca panen yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga dan diharapkan dengan adanya beberapa perlakuan khusus dapat memperpanjang vaselife dari bunga potong tersebut.
Kerusakan bunga setelah dipanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan asal tanaman bunga tersebut. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah suhu, kelembaban dan air, sedangkan dari tanamannya adalah makanan (metabolit) dan hormon endogen. Hormon endogen yang sangat berpengaruh terhadap bunga adalah etilen untuk senescence dan ABA ( Absisic Acid ) untuk gugurnya bunga tersebut. Baik waktu masih berada di tanaman maupun pada saat bunga berpisah dari induknya, hormon-hormon inhibitor menjadi lebih dominan bekerjanya dibandingkan dengan promotor. Dalam hal ini, etilen dan ABA bekerja cukup aktif bilamana tidak dikendalikan.
Berbagai macam perlakuan pasca panen dapat mengurangi waktu kerusakan bunga setelah dipanen. Selain perlakuan bahan kimia, perlakuan pengaturan lingkungan seperti suhu sangat berpengaruh terhadap lamanya masa kesegaran bunga. Suhu rendah sekitar  4-50C dapat menunda kelayuan bunga. Penyediaan karbohidrat sebagai sumber energi diperlukan sebagai bahan formula pengawet. Demikian halnya dengan bahan penghambat kerjanya etilen, dan bakterisida sebagai pencegah timbulnya penyakit yang sangat dibutuhkan agar kesegaran bunga dapat diperpanjang waktunya.
Upaya penanggulangan secara kimia dengan menggunakan larutan pengawet biasanya terdiri dari bahan-bahan sumber energi, penurun pH, bakterisida, senyawa anti etilen. Sumber energi yang digunakan umumnya sukrosa, tetapi glukosa, fruktosa juga efektif. Gula berperan dalam kesegaran kuncup bunga karena menyediakan karbohidrat yang digunakan dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup bunga.
Keadaan pH yang rendah dapat menanggulangi bunga terhadap serangan bakteri. Bahan penurun pH yang banyak digunakan adalah asam sitrat karena tidak menurunkan pH terlalu rendah dan bekerjanya lebih cepat. Pada pH 3-4 penyerapan air baik, tidak terjadi embolism.Yang dimaksud dengan embolism adalah terperangkapnya gelembung udara dalam xilem pada tangkai bunga. Pemberian asam sitrat hingga pH mencapai 3-4 akan menyebabkan berkurangnya perkembangbiakan bakteri, karena pH 3-4 bakteri tidak tahan hidup.
Pada bunga sedap malam, Menurut Naidu dan Reid (1989), penggunaan larutan 2 % sukrose sebagai pre treatment atau pulsing selama 15-20 jam atau dengan 1,5 % larutan pengawet bunga, akan memperpanjang kesegaran bunga. Penggunaan larutan penyegar yang terdiri dari 3% sukrose, 0,03 % 8-hydroxyquinoline citrate dan 0,01 % silver nitrate yang dilarutkan dalam air destilasi akan meningkatkan jumlah kucup yang membuka dan mengurangi gugurnya bunga dan meningkatkan ketahanan bunga (Khondakar dan Mazumdar, 1985 dalam Naidu and Reid, 1989). Larutan penyegar pulsing 1,5 % gula + 200 ppm Sodium benzoat meningkatkan jumlah kuncup mekar dan ketahanan bunga sampai  7 hari (Suyanti et al dalam Muhajir et al., 2001). Sedangkan menurut Sunarmani et al., (1997), 300 ppm Na-benzoat sebagai larutan holding efektif memperpanjang kesegaran bunga sampai 7,9 hari demikian pula larutan holding 2 % gula+ 200 ppm AgNO3 mampu mempertahankan kesegaran bunga sampai 9 hari ( Muhajir dam Tisnawati et al dalam Muhajir et al., 2001).
Untuk bunga potong seperti Calla Lily, Mawar, Gerbera, Snapdragon, untuk memperpanjang kesegaran bunga yaitu dengan ditambahkan 40 g gula/liter dan 100 ppm 8-hydroxy quinoline citrate. Bunga yang dipanen dapat segera dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 8-12 jam.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu mengetahui teknik penanganan pasca panen bunga potong dan mampu melakukannya.





BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat Dan Waktu
Adapun tempat waktu praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,   Juni 2012
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian    Uniersitas Jambi.

2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Alat
Gunting / cutter
Bak/ember plastik
Botol Aqua
Bahan
Bunga potong segar
Air
Gula
Garam
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Zat Preservative Buatan  (Floralife/ Krysal)

2.3 Cara Kerja
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan
2. Gunting tangkai bunga potong yang masih segar di dalam air yang berada di dalam ember
3. Masukkan tangkai bunga ke dalam masing-masing botol aqua sesuai dengan perlakuan masing-masing.
4. Amati vaselife selama 2 hari sekali, untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesegaran bunga potong tersebut.

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Pengamatan
Nama tanaman Perlakuan Konsentrasi Hasil
Alamanda cathartica Gula 5% Daun layu, daun berwarna hitam
10% Daun layu, daun berwarna hitan dan kering
15% Daun layu, batang layu, daun berwarna hitam dan kering
Cuka 5% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
10% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
15% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
Bayclin 5% Daun layu
10% Daun layu
15% Daun gugur dan layu
Kontrol 0% Daun layu
Keterangan : Beri tanda V apabila kondisi bunga masih prima (tangkai tegak, petal bunga segar)








3.2 Pembahasan
Pada percobaan pasca panen bungga potong pada perlakua berbagai macam seperti pemberian larutan gula, beyclean, cuka mengalami kelayuan pada bungga potong, ini disebabkan karena bungga potong tidak dapat terpenuhi kebutuhannya pada kondisi tersebut dengan perlakuan diatas, akan tetapi pada perlakuan beyclean dengan konsentrasi 5 dan 10 % daun hanya mengalami layu daun saja, sedangkan pada konsentrasi 15 mengalami gugur daun dan layu daun.
Pada larutan gula dengan kosentrasi 5% kondisi tanaman mengalami layu daun dan juga daun berwarna kuning, dan pada kondisi 10% tanaman mengalami layu daun, kuning daun, sedangkan pada kondisi 115% tanaman mengalami layu daun, kuning daun dan batang juga berwarna hitan.
Pada perlakuan pemberian cuka hampir semua tanaman mengalami hal yang sama baik dalam konsentrasi yang berbeda yaitu Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering.













LAPORAN PRAKTIKUM PASCA PANEN STANDAR MUTU BENIH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Rangkaian bunga eksotis juga dapat dijadikan sebagai hadiah untuk seseorang yang berulang tahun. Sebuket bunga ataupun rangkaian bunga dalam vas tentunya akan menambah kebahagiaan orang yang menerimanya. Bunga Anyelir yang berukuran kecil dapat dijadikan sebagai hiasan pada kue ulang tahun, yang mengitari kue tersebut. Pada pesta ulang tahun, bunga juga dapat dijadikan dekorasi, yang dapat dihias dengan balon. Bunga yang dapat dipilih adalah kesegaran dan keceriaan warna-warna dari bunga Mawar, Anyelir, Aster, serta bunga Matahari.

Teknik dan Gaya merangkai Bunga
Gaya merangkai bunga sekarang lebih bebas, terutama setelah perkebunan perkebunan bunga potong makin marak. Aneka bunga khas eropa kini sudah dibudidayakan di Indonesia mekipun beberapa memang masih harus di impor. Campuran bunga dan dedaunan pun tidak dibatasi. Asal komposisi bentuk dan warnanya sepadan. Yang nampak jelas rangkaian gaya Eropa mulai merebut peringkat popular. Dari yang minimalis dan sederhana hingga yang semarak terdiri dari dua tiga jenis bunga potong. Bahkan bunga dan dedaunan liar pun sekarang ini sah dipakai. Bentuk rangkaian bunga bisa bulat dan rapi, atau sedikit bulat sedikit tak beraturan, lonjong atau meninggi. Semuanya tergantung pada selera sang pencipta.
1. Memilih dan merawat bunga
Tidak semua jenis bunga kebun dapat dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga. Yang daya tahannya cukup lama biasanya dari keluarga heliconia dan jahe-jahean, bunga soka, mawar atau lantana. Tetapi bunga-bunga ini harus dipotong pagi hari sebelum matahari terbit atau sore hari setelah matahari terbenam, 1-2 jam sesudah tanamannya sediri disiram. Setelah dipotong, rendam 3 cm dari tangkai bunga bagian bawah sekurang-kurangnya 30 menit dalam air sebelum dirangkai.
2. Bunga beli
Jika membeli bunga potong di toko, maka mintalah agar bunga dibungkus dengan kertas Koran atao lembaran plastik bening supaya tetap lembab hingga tiba di rumah. Usahakan agar bunga tidak terlampau lama di perjalanan. Setiba dirumah, segera rendam ± 3 cm bagian tangkai bunga bagian bawah didalam ember berisi air dingin. Letakkan sejenak di tempat yang sejuk supaya bunga-bunga tersebut beradaptasi dengan lingkungan baru.
3. Memotong bunga
Potonglah tangkai bunga secara menyerong dengan pisau atau gunting yang tajam. Dengan cara ini permukaan bekas potongan tersebut cukup luas sehingga air dapat terisap dengan baik. Hasilnya kelopak-kelopak bunga dan dedaunan senantiasa segar. Hindarkan memotong bunga dengan pisau atau gunting yang tumpul hingga menggencet batang bunga. Ini mengakibatkan ujung tangkai menciut meski dipotong menyeron
4. Membersihkan tangkai
Seandainya bunga-bunga tersebut belum akan segera dirangkai, angkat dahulu daun-daun yang menempel di tangkai. Usahakan agar yang terendam di air hanyalah tangkai bunga. Daun-daun yang terendam di air biasanya cepat membusuk dan akan mengeluarkan sejenis gas yang nantinya terhisap oleh bunga dan bunga akan rusak. Buanglah daun-daun rusak yang berada dibawah bunga dengan gunting. Jaga agar batang bunga tidak terkelupas.
5. Merawat bunga layu
Meskipun sudah dirawat dengan baik kadang kala masih ada juga bunga yang terkulai. Bila ini terjadi, potong tangkai paling bawah ± 2,5 cm, kerudungi bunga dengan kertas Koran lalu celupkan tangkai bunga dalam air (bukan mendidih) selama ± 10 detik. Segera pindahkan dan rendam dengan air dingin. Terapi seperti ini kadangkali masih bisa dilakukan untuk menyelamatkan bunga.
6. Zat pengawet
Agar bunga tahan lebih lama, untuk rangkaian bunga dengan oasis, campurkan zat tersebut ketika merendamnya. Zat pengawet juga dapat dibuat sendiri. Larutkan 1 sendok teh cairan pemutih dengan 10 liter air.
7. Merawat rangkaian
Rangkaian bunga hanya menggunakan air, lebih mudah dirawat dan tahan lama. Ganti airnya setiap hari sambil mengangkat daun-daun atau bunga yang mulai membusuk. Jika ujung tangkai bunga bagian bawah mulai berlendir, cuci bersih, potong ± 1 cm. Memang tangkai bunga menjadi lebih pendek, tetapi juga lebih awet.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui metode dan teknik merangkai bunga untuk meningkatkan nilai estetika dan nilai jual tanaman
b. Melatih praktikan untuk berani berkreasi dan bereksperimen















BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu Dan Tempat
Waktu dan tempat percobaan kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,  Mei 2012
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB

2.2 Alat Dan Bahan
a. Wadah rangkaian : cangkir kopi, gayung plastik, poci the, wadah air minum, dll.
b. Oasis : agar bunga bisa berdiri sesuai dengan keinginan Anda, mau tidak mau dibutuhkan oasis (sejenis busa) yang dapat dibeli di toko peralatan merangkai bunga.
c. Lidi atau tusuk sate, dipakai misalnya untuk memperpanjang tangkai bunga sebelum ditancapkan ke oasis
d. Karet gelang, untuk menyatukan beberapa tangkai bunga atau dedaunan
e. Pisau atau gunting, untuk memotong oasis, tangkai bunga atau  dedaunan
f. Perekat bening/ selotip
g. Floral tape, bunga yang bermahkota besar kadangkala merupakan beban bagi tangkainya misalkan bunga gerbera sehingga mudah terkulai.

Ada dua jenis oasis :
1. Warna hijau, digunakan untuk merangkai bunga segar. Sebelumnya harus direndam air dahulu sampai oasis tidak mengeluarkan gelembung udara lagi (sebagai persediaan air untuk bunga)
2. Warna agak keabu-abuan, dipakai untuk merangkai bunga kering
2.3 Cara Kerja
1. Rendam oasis dalam air selama 3 jam, agar air masuk keseluruh pori    oasis
2. Potong oasis sesuai dengan ukuran dan bentuk wadah rangkaian dan tinggi 2 cm lebih tinggi dari wadah.
3. Memasang  daun-daun pendek untuk menutupi permukaan  Oasis dan tepi wadah
4. Memasang bunga-bunga yang berukuran besar sambil mengatur bentuk yang diinginkan.  Mulai dari titik tengah, selanjutnya tarik posisi simetri (arah mata angin)
5. Menyelipkan daun-daun yang agak tinggi diantaranya hingga bentuk sesungguhnya mulai terlihat
6. Menambahkan bunga-bunga ukuran lebih kecil (filler) agar penampilam lebih harmonis
7. Sentuhan terakhir, bisa dengan menambahkan bunga atau daun untuk memperoleh efek yang sempurna.













BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
<<














































3.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu merangkai bungga, merangkai bungga juga membutuhkan jiwa seni yang sehingga membuat hasil bungga yang dirangkai akan menjadi lebih indah dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
Merangkai bunga ini juga mengunakan gabus yang khusus untuk dijadikan media bungga agar bungga tetap segar dan tidak layu, selain itu juga rangkaian bungga tersebut juga mengunakan wada yang dipakai sebagai wadah gabus yang dijadikan media tanaman bungga.
Rangkaian bungga ini banyak mengunakan jenis bungga yang berbeda dan tidak terfokus pada satu bungga sehinga rangkaian yang dihasilkan lebih memiliki keindahan yang tiggi dibandingkan apabila mengunakan jenis satu bungga atau atau warna bungga, akan tetapi apabila dalam merangkai bungga tidak memiliki jiwa seni maka bungga yang dihasilkan akan terlihat berantakan.







LAPORAN PRAKTIKUM HARA TANAMAN DAN PEMUPUKAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tepung kedelai, taosi, tauco, dan minyak kedelai.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) verietas Anjasmoro yang diberi perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang, SP-36, dan KCl.
2. Membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diberi perlakuan pemupukan dengan yang tidak diberi pupuk (kontrol).
3. Memenuhi syarat 1 SKS praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill

2.2. Morfologi Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, batang, daun, bunga, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
2.2.1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah.
2.2.2. Batang dan Cabang
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi- indeterminate.
Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.
2.2.3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.
Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3 - 20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3 - 4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.
Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat.
2.2.4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2 - 25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga.
Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1 - 10 hari setelah mulai terbentuk bunga.
Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.
2.2.5. Polong dan Biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.
Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur.
Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.
2.2.6. Bintil Akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 – 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian, proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi N2 akan menurun bersamaan dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh. Di samping itu, juga diduga karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan biji dengan aktivitas bintil akar.

2.3. Stadia Pertumbuhan Kedelai
2.3.1.1. Stadia Pertumbuhan Vegetatif
Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga.
2.3.2.1. Stadia Pertumbuhan Reproduktif
Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji.


2.4. Lingkungan Tumbuh Tanaman Kedelai
Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam.
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.
2.4.1.1. Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m.
2.4.2.1. Iklim
a. Suhu
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat.
Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.
b. Panjang hari (photoperiode)
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.
c. Distribusi curah hujan
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal.
Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam.

2.5. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kedelai
Hama-hama yang biasa menyerang tanaman kedelai di lahan antara lain adalah : Aphis spp. (Aphis glycine), Melano Agromyza phaseoli, kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa), cantalan (Epilachana soyae), ulat polong (Etiela zinchenella), kepala polong (Riptortus linearis), lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), kepik hijau (Nezara viridula), dan ulat grayak (Prodenia litura).
Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman kedelai di lahan antara lain adalah : penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), penyakit layu (jamur tanah : Sclerotium rolfsii), penyakit lapu (Witches Broom : virus), penyakit anthracnose (cendawan Colletotrichum glicyne Mori), penyakit karat (cendawan Pachyrizi phakospora), penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli), penyakit busuk batang (cendawan Phytium sp.), virus mosaik (virus), dan penyakit Fusarium root Rot.

2.6. Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Pupuk juga biasa diartikan sebagai suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah (Sarwono, 2007).
2.6.1. Macam-Macam Pupuk
Dalam praktek sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
1. Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
2. Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
3. Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
Pupuk Tunggal
1. Pupuk N
Pupuk N adalah pupuk yang mengandung unsur hara nitrogen (N). Pupuk buatan yang mengandung N ini antara lain adalah pupuk ZA (amonium sulfat), urea, dan ASN (amonium sulfat nitrat). Manfaat dari pupuk N ini adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.
b. Sebagai penyusun zat hijau daun (klorofil).
c. Meningkatkan kadar protein hasil panen.
2. Pupuk P
Pupuk P adalah pupuk yang mengandung unsur hara fosfor (P). Pupuk buatan yang mengandung unsur P ini antara lain adalah DSP (double superphosphate), SP-36 (triple superphosphate), SP-36, FMP (fused magnesium phosphate), agrophos, dan lain-lain. Manfaat dari pupuk P ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk pembelahan sel dan pembentukan albumin.
b. Pembentukan bunga, buah, dan biji.
c. Mempercepat pematangan.
d. Memperkuat batang agar tidak mudah roboh dan perkembangan akar.
e. Memeperbaiki kualitas tanaman terutama sayur-mayur dan makanan ternak.
3. Pupuk K
Pupuk K adalah pupuk yang mengandung unsur hara kalium (K). Pupuk buatan yang mengandung unsur K ini antara lain adalah ZK (kalium sulfat), KCl (kalium chlorida), dan kalium magnesium sulfat. Manfaat dari pupuk K ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk pembentukan pati.
b. Mengaktifkan enzim.
c. Pembukaan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan).
d. Mengatur proses fisiologis dan metabolik dalam sel tanaman.
e. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain.
f. Perkembangan akar.
g. Mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dn penyakit.

Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat dan nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu jaring makanan tanah.
Dalam pengelolaan tanah, pupuk kandang dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yakni pupuk hewan, kompos, dan pupuk hijau.
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5, dan 5 kg K¬2O serta usur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Knuti, Korpi dan Hide, 1970).
Sifat-sifat pupuk kandang tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan sifat yang berbeda-beda :
  Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang yang lain.
  Kotoran kambing mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi.
  Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi.
  Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan menjadi panas lebih cepat daripada pupuk kandang sapi dan babi. Karena itu petani biasanya menyebut pupuk kandang sapi dan babi sebagai pupuk dingin (cold manures).
  Dalam semua pupuk kandang P selalu terdapat dalam kotoran padat, sedang sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urine).
  Kandungan K dalam urine adalah lima kali lebih banyak daripada dalam kotoran padat, sedang kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih banyak .
  Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi, karena bagian cair (urine) tercampur dengan bagian padat.
  Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan pula oleh jenis makanan yang diberikan.

Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Tanaman-tanaman yang akan dipupuk.
2. Jenis tanah yang akan dipupuk.
3. Jenis pupuk yang digunakan.
4. Dosis (jumlah) pupuk yang digunakan.
5. Waktu pemupukan.
6. Cara pemupukan.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan selama 13 minggu di mulai dari tanggal 6 Maret 2010 sampai dengan 7 Juni 2010. Dan praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Mendalo.

3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu : cangkul, parang, patokan (ajir), bambu, kayu, gunting, tali plastik, meteran, ember, gembor, mistar, kantong plastik, timbangan analitik, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : benih (biji) kedelai, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan air untuk menyiram.

3.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Prosedur pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan lahan
Dalam mempersiapkan lahan untuk menanam kedelai yang dilakukan adalah membersihkan areal lahan dan membuat petakan tanam yang berukuran 2 m × 3 m, lalu pada petakan tersebut ditaburkan pupuk kandang sebagai pupuk dasarnya. Persiapan lahan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2010.
2. Penanaman benih kedelai
Benih kedelai yang ditanam adalah benih kedelai varietas Anjasmoro dengan populasi tiga (setiap lubang tanam diberikan tiga benih). Namun setelah benih tumbuh menjadi tanaman, satu tanaman dipotong sehingga populasinya menjadi satu tanaman setiap lubang. Benih ditanam dengan jarak 20 cm × 40 cm. Penanaman benih ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2010.
3. Pemberian pupuk (pemupukan)
Pemberian pupuk dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tahap pertama pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang pada saat pembukaan lahan dengan dosis 5 ton/Ha (3 kg/petak), dan pada tahap kedua pupuk yang diberikan adalah pupuk SP-36 dan KCl. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk SP-36 yang diberikan adalah 75 kg/Ha (45 gr/petakan) dan dosis pupuk KCl yang diberikan adalah 50 kg/Ha (30 gr/petakan).
4. Perawatan dan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai
Perawatan tanaman kedelai dilakukan selama praktikum mulai dari penanaman benih sampai sebelum panen. Perawatan yang dilakukan adalah penyiraman tanaman, pemupukan, dan penyiangan gulma. Sedangkan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan satu minggu sekali setiap hari Senin dimulai sejak tanaman kedelai berumur 2 minggu sampai tanaman berumur 10 minggu. Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, dan berat kering polong yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman yang telah dipilih secara acak.
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 13 minggu yaitu pada tanggal 7 Juni 2010. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman lalu dipangkas daunnya dan diambil polongnya. Lalu polong pada tanaman sampel hasil panen ditimbang berat keringnya. Penimbangan berat kering polong dilakukan dilaboratorium menggunakan timbangan analitik.

3.4. Parameter yang Diamati
Dalam pelaksanaan praktikum ini, ada beberapa parameter yang diamati yaitu :
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman kedelai dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai dari minggu kedua setelah penanaman sampai tanaman berumur 7 minggu.



2. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai dari minggu kedua setelah penanaman sampai tanaman berumur 7 minggu.
3. Jumlah Polong
Pengamatan jumlah polong dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai setelah tanaman berumur 7 minggu sampai dengan tanaman berumur 10 minggu.
4. Berat Kering Polong
Berat polong diamati setelah tanaman kedelai dipanen yaitu setelah tanaman berumur 13 minggu. Yang diamati adalah berat kering polong kedelai.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan setiap minggunya pada praktikum ini didapatkan data pengamatan sebagai berikut :
4.1.1. Pengamatan Minggu I
Pada minggu I, yaitu pada hari Senin. 15 maret 2010, dilakukan pengamatan pada petakan kelompok 6 dan petakan kontrol. Tanaman yang tumbuh pada petakan kelompok 6 ada 69 lubang dari 75 lubang tanam. Sehingga persentase pertumbuhan tanaman kedelai pada petakan kelompok 6 adalah   × 100 % = 92 %. Sedangkan pengamatan pada petakan kontrol adalah terdapat 59 lubang tanaman yang tumbuh dari 60 lubang tanam. Sehingga persentase pertumbuhannya adalah   × 100 % = 98.33 %.
4.1.2. Tabel Pengamatan Tinggi (cm) Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 14 21.3 28.5 40 53.5 65
2 17 25 26 30.5 43.5 52
3 16 23 32 41.5 55.8 67
4 14 21.3 27.5 34 44.3 52
5 18 27 34 49 64.5 78
6 15 24.5 38 49 66 79
7 12 18 22.5 34 44 54
8 17 24.5 32 42.5 54.5 66
9 15 26 40 51 66.7 77
10 15 21 28.5 40.5 53 63



4.1.3. Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 5 11 14 23 41 53
2 5 11 11 29 32 38
3 5 11 13 22 46 69
4 5 8 11 17 23 50
5 5 11 15 21 62 76
6 5 14 17 28 60 81
7 5 8 11 20 37 47
8 5 11 14 23 35 49
9 5 11 18 30 73 97
10 5 8 14 20 45 47

4.1.4. Tabel Pengamatan Jumlah Polong Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
7 8 9 10
1 5 45 54 60
2 3 23 31 43
3 21 47 48 52
4 6 21 26 30
5 5 65 77 84
6 28 76 86 93
7 7 29 38 53
8 6 56 81 109
9 32 91 101 128
10 6 44 60 88





4.1.5. Tabel Pengamatan Berat Kering Polong Kedelai
Sampel Berat Kering (gr)
1 29.3
2 20.5
3 30.6
4 29.2
5 43.3
6 45.9
7 16.3
8 25.3
9 50.8
10 32.2
Total (Σ) 323.4

4.1.6. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 15 19 19 24 26 27
2 14 19 19 19 19 19
3 15.5 20 20 21 24 24
4 12.5 19 18.5 21 21 22
5 13 13 21 23 24.4 26
6 16 20 18 19 20.9 26
7 13 17 19 24.5 30 32
8 14 21 21 23.5 26 32
9 17 21 23 23 23.3 27
10 14.2 18 21.5 26 29.7 32





4.1.7. Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 6 9 9 11 9 12
2 5 8 9 8 11 9
3 5 6 6 9 9 10
4 5 8 10 9 12 12
5 5 7 8 11 14 15
6 5 8 8 11 14 17
7 5 7 10 13 16 12
8 8 8 8 11 13 21
9 6 6 8 9 9 15
10 5 6 7 12 15 18

4.1.8. Tabel Pengamatan Jumlah Polong Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
8 9 10
1 1 1 1
2 - - -
3 1 1 1
4 2 2 2
5 1 1 1
6 1 1 1
7 4 4 4
8 3 3 3
9 - - -
10 3 3 3





4.1.9. Tabel Pengamatan Berat Kering Polong Kedelai
Sampel Berat Kering (gr)
1 0.48
2 0
3 0.52
4 1.28
5 0.45
6 0.58
7 2.64
8 1.89
9 0
10 2.14
Total (Σ) 9.98

4.1.10. Kurva Pertumbuhan Tanaman
 




4.2. Pembahasan
4.2.1. Luas Petakan dan Jarak Tanam
Petakan tanam yang dibuat dalam praktikum ini berukuran 2 m × 3 m. Jadi luas petakan tanamnya adalah 6 m2. Dalam penanaman, jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm × 40 cm dan populasi tanaman setiap lubang tanam adalah satu populasi sehingga dalam satu petakan tedapat 75 tanaman kedelai.











Keterangan :
× = tanaman kedelai
a = 20 cm
b = 40 cm

4.2.2. Penggunaan Pupuk
Dalam praktikum ini pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Dosis yang digunakan untuk masing-masing pupuk tesebut adalah sebagai berikut :
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum menanam benih kedelai, yaitu setelah pembukaan lahan pada tanggal 7 Maret 2010. Dosis pupuk kandang yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 ton/Ha. Jadi pupuk kandang yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut :
Pupuk kandang yang digunakan =   = 3 kg/petakan
2. Pupuk SP-36
Pupuk SP-36 diberikan pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu, yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk SP-36 yang digunakan dalam praktikum ini adalah 75 Kg/Ha.
Jadi pupuk SP-36 yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut:
SP-36 yang digunakan =   = 45 gr/petakan
         =   = 0,6 gr/tanaman
3. Pupuk KCl
Pupuk KCl diberikan bersamaan dengan pupuk SP-36 pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu, yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk KCl yang digunakan dalam praktikum ini adalah 50 Kg/Ha. Jadi pupuk KCl yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut:
KCl yang digunakan =   = 30 gr/petakan
         =   = 0,4 gr/tanaman
Pemberian pupuk bagi tanaman diberikan dengan cara disebar dan dicampur merata dengan tanah untuk pupuk kandang yang diberikan lebih awal daripada pupuk yang lain. Sedangkan untuk pupuk SP-36 dan KCl diberikan secara larikan berjalur sesuai dengan dosis yang ditentukan.

4.2.3. Pengamatan Tanaman Kedelai per Minggu
Pengamatan dimulai pada minggu I setelah tanam. Pada pengamatan pertama, tanaman kedelai sudah mulai tumbuh dan bermunculan di atas permukaan tanah. Tetapi tidak semua benih yang ditanam tumbuh dengan baik. Pada petakan kami, benih yang tumbuh hanya 69 lubang tanam dari 75 lubang tanam yang dipersiapkan atau hanya 92 % yang tumbuh dengan baik. Sedangkan pada petaka kontrol, benih yang tumbuh ada 59 lubang tanam dari 60 lubang tanam yang dipersiapkan atau sekitar 98.33 % benih yang tumbuh dengan baik.
Pengukuran tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun dilakukan setelah tanaman kedelai berumur 2 minggu sampai tanaman berumur 7 minggu yang dilakukan pada hari Senin setiap minggunya, yaitu mulai tanggal 22 Maret 2010 sampai tanggal 26 April 2010. Pada stadia ini tanaman kedelai berada pada stadia pertumbuhan vegetatif dimana tanaman masih membentuk organ-organ vegetatifnya seperti akar, batang, dan daun untuk menunjang kelangsungan hidup tanaman tersebut. Dan pada minggu keenam tanaman kedelai mulai memasuki stadia pertumbuhan generatif karena sebagian besar tanaman sudah bermunculan bunga. Pada minggu ketujuh, polong sudah mulai terbentuk sehingga pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dihentikan karena pertumbuhan organ-organ vegetatif dianggap sudah tidak terjadi lagi (derteminate).
Setelah pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dihentikan, pengamatan yang dilakukan hanyalah menghitung jumlah polong yang terbentuk pada setiap tanaman sampel yang dilakukan mulai minggu ketujuh sampai pada minggu kesepuluh pada tanggal 17 Mei 2010. Dan setelah minggu kesepuluh tidak dilakukan pengamatan lagi karena hanya tinggal menunggu polong kedelai tua dan siap untuk dipanen.

4.2.4. Hasil Panen Tanaman Kedelai
Pemanenan tanaman kedelai dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 13 minggu, yaitu pada tanggal 7 Juni 2010. Dari hasil panen tersebut yang diukur adalah berat kering polong kedelai yang dihasilkan. Dan berat kering polong hasil panen tersebut berbeda antara tanaman sampel yang satu dengan tanaman sampel yang lainnya. Hasil panen pada petakan kami yang diberi perlakuan pemupukan jauh lebih banyak daripada hasil pada petakan kontrol. Hal ini juga menunjukkan bahwa pemupukan memberikan pengaruh yang nyata (significant) terhadap hasil panen tanaman kedelai.
Dari tabel berat kering polong di atas, dapat dicari rata-rata berat kering ( ) polong kedelai yang dihasilkan, baik pada petakan kami maupun pada petakan kontrol. Hasil perhitungan rata-rata berat kering ( ) polong kedelai adalah sebagai berikut :
1. Petakan Kelompok 6
Rata-rata berat kering ( ) per tanaman =  
   =
   = 32.34 gr/tanaman
2. Petakan Kontrol
Rata-rata berat kering ( ) per tanaman =  
   =
   = 0.998 gr/tanaman
Hasil panen polong kedelai pada petakan kami yang diberi perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang 5 ton/Ha, SP-36 75 kg/Ha, dan KCl 50 kg/Ha dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
 

 
 

 

 

4.2.5. Perbandingan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai yang Diberi Perlakuan dengan Kontrol
Dari data hasil dan pembahasan di atas terlihat bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diberi perlakuan pemupukan dengan yang tidak diberi perlakuan (kontrol) sangat jauh berbeda. Seperti yang diperlihatkan pada kurva pertumbuhan di atas, pertumbuhan tanaman kedelai yang diberikan perlakuan pemupukan tumbuh lebih baik dan memberikan hasil panen yang lebih banyak pula dibandingkan dengan kontrol. Pada tanaman yang diberi pupuk, hasil rata-rata berat kering polongnya adalah 32,34 gr/tanaman, sedangkan pada tanaman kontrol hanya menghasilkan rata-rata berat kering polong seberat 0,998 gr/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman karena pupuk merupakan tambahan sumber hara bagi tanaman.

4.3. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum di atas, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa :
1. Pemupukan berpengaruh nyata (significant) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
2. Perlakuan pemupukan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai.
3. Perlakuan pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
4. Pupuk merupakan suatu zat yang berperan sebagai tambahan sumber hara penting bagi tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Anonimous. 2002. Pupuk Urea. http://www.petrokimia-gresik.com/urea.asp.
_________. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/budidaya_tanaman_kedelai.pdf.
_________. 2009. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai.
_________. 2009. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk.
_________. 2009. Urea. http://www.pupukkaltim.com/ina/produk/index.php? act=urea.
Ashari, S. 1995. HORTIKULTURA Aspek Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Hardjowigeno, S. 2007. ILMU TANAH. Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo.
Samsuddin. 1997. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. PT. Bina Cipta Bandung.
Zuchri dan Mutiara. R. 1998. Program Penyuluhan Pertanian. Ektensia Volume 6 Tahun. V. Jakarta