Kamis, 04 September 2014

Sinopsis S2 IPB Pertanian

CP : 0857 6416 5421
SINOPSIS RENCANA PENELITIAN MAHASISWA
PROGRAM MAGISTER
TEKNOLOGI PASCA PANEN
DEPARTEMEN

Nama                            : Fatkhonudin
NRP                              : -
Instansi Asal Bekerja    : -
Sponsor Studi               : -
Universitas Asal S1      : Universitas Jambi
Ipk S1                           : 3,24
Judul Skripsi                 : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman kedelai terhadap pemberian tepung daun sirsak dan tepung daun jambu biji.

Judul Sinopsis Penelitian :
Pengaruh pemberian asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan pasca panen cabai merah (Capsicum Annum)
 


I.         PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Cabai merah merupakan salah satu sayuran semusin yang termasuk family terung – terungan yang merupakan golongan enam besar komoditas sayuran terpenting dan benilai ekonomis tinggi. Cabai merah sangat terkenal dan sangat luas pengunaannya, selain untuk komsumsi rumah tangga sebagai bumbu masak atau campuran dari berbagai industri pengolahan makanan dan minuman seperti hot sauces, cabai merah juga digunakan untuk pembuatan obat obatan. Cabai merah mempunyai kandungan gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi (Za), vitamin – vitamin, dan senyawa – senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavonoid, dan minyak esensial. (Tarigan dan Wiryanta, 2003).
Cabai atau produk hortikultura ini mudah mengalami kerusakan, untuk itu diperlukan usaha usaha dalam penanganan pasca panen yang bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk hortkultura ini, untuk mendapatkan kualitas cabai yang baik tentu tidak lepas dari yang namanya budidaya dan teknologi pasca panen. Budidaya cabai meliputi pembibitan, pengolahan lahan, pemupukan, penanaman bibit, pemeliharaan dan dan pemanenan, hingga pasca panen. Untuk mendapatkan hasil yang baik tentu penanganan pasca panen harus diperhatikan. Pasca panen cabai merah pada umumnya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat dilakukan dengan cara penyinaran matahari langsung misalnya dengan penyinaran atau pemanfaatan energi panas seperti dijemur langsung dibawah sinar matahari dengan mengunakan alas lantai semen atau tumpukan batu bata yang di plester, selain itu juga pengeringan mengunakan rak rak yang dibuat dari kayu atau anyaman dari bambu. Pengeringan dengan cara tersebut memiliki kerugian antara lain suhu pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol hanya berlangsung apabila ada sinar matahari, dapat juga dengan mengunakan mesin pengering buatan.
Salah satu metode penanganan pasca panen dengan metode buatan yaitu dengan mengunakan asap cair. Asap cair adalah (liquid smoke) merupakan larutan hasil pengembunan uap asap yang dibakar dengan udara yang terbatas pada suhu tinggi (Yulistiani, 1997). Asap cair yang digunakan berasal dari tempurung kelapa diperoleh dengan proses pirolisa pada suhu diatas 4000C. Komponen utama antara lain asam format, asetat, butirat, kaplirat, vanilat, metal, dimetoksifenol, glioksal, furtural, metanol, etanol, oktanol, asetaldehid, diasetil aseton, dan 3,4-benzopiren (Wilson 1960). Pendapat lain menyatakan bahwa asap cair mempunyai  kandungan senyawa fenol 5.13%, karbonil 13.28% dan asam 11.39% (Tranggono, dkk. 1996). Ketiganya secara simultan dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikrobia serta memberikan efek warna dan cita rasa khas asap pada produk pangan dan hortikultura (Maga, 1987; Girrad, 1992 di dalam Karseno, dkk. 2001). Adanya sifat fungsional (antioksidan, antimikrobia, efek cita rasa dan warna) dari asap cair yang tidak berbeda dari asap alami, maka asap cair tempurung kelapa ini dapat diaplikasikan ke produk hortikultura maupun pangan. Sebagai antiomikrobia, asap cair dapat berfungsi sebagai disinfektan untuk mengatasi penyakit pascapanen pada komoditas sayur-sayuran, salah satunya yaitu pada cabai merah.
Banyak penelitian yang memanfaatkan asap cair tempurung kelapa bidang pertanian sebagai penganti cuka pada getah karet, akan tetapi untuk pengunakan asap cair tempurung kelapa dibidang pertanian sebagai pengawet produk hortikultura masih minim dan belum begitu banyak diekplorasi.
Pada penelitian Indra retnowati (2007) tentang pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai disinfektan dalam penanganan pasca panen buah pepaya (carica papaya l.) memberikan efek yang nyata terhadap susut bobot, penurunan kekerasan, total padatan terlarut dan total cendawan.
Untuk itu penelitian yang akan dilakukan adalah menguji asap cair tempurung kelapa pada cabai merah sebagai pengawet, pada penelitian ini akan melihat apakah pengunaan asap cair tempurung kelapa juga memiliki fungsi sebagai pengawet produk hortikultura seperti cabai merah.
Teknologi pengunaan asap cair tempurung kelapa ini masih belum begitu dikembangkan dimasyarakat, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh pemberian asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan pasca panen cabai merah (Capsicum Annum).

1.2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditentukan perumusan masalah :
1.      Apakah pengunaan asap cair tempurung kelapa dapat mempertahan mutu dan kualitas selama proses penanganan pasca panen?
2.      Pada level berapakah pengunaan asap cair tempurung kelapa dapat mempertahankan mutu dan kualitas cabai?

1.3.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan pasca panen cabai merah.

1.4.       Manfaat Penelitian
          Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan, mengenai pengaruh pemberian asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan pasca panen cabai merah.

II.      METODOLOGI PENELITIAN

2.1.       Waktu dan Tempat
          Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian akan dilaksanakan ± selama 3 bulan.


2.2.       Bahan dan Alat
          Materi penelitian adalah cabai merah dengan berat dan warna yang seragam, asap cair tempurung kelapa, aquades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian  ini antara lain rheometer (untuk mengukur kekerasan), refraktometer atago (untuk mengukur total padatan terlarut), timbangan digital, nampan, serta beberapa peralatan tambahan seperti pipet, erlenmeyer, gelas ukur dll.
2.3.       Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, yaitu asap cair tempurung kelapa yang terdiri dari enam taraf perlakuan dan empat ulangan, adapun perlakuan nya adalah sebagai berikut :
T0 = Tanpa pemberian perlakuan
T1 = 5 ml/liter air
T2 = 10 ml/liter air
T3 = 15 ml/liter air
T4 = 20 ml/liter air
T5 = 25 ml/liter air
          Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali dengan demikian jumlah unit percobaan ada 24, dengan ukuran wadah 40 X 30 cm dengan jumlah cabai merah dalam satu wadah 20 cabai disetiap wadahnya, kemudian diambil sampel 4 dengan demikian total keseluruhan adalah 96 sampel.
                                
2.4. Peubah yang Diamati
2.4.1   Susut Bobot
          Pengukuran susut bobot dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran susut bobot dilakukan berdasarkan presentase penurunan bobot bahan sejak awal penyimpanan (W) sampai akhir penyimpanan (Wa) dan dinyatakan dalam persen. 
Untuk mengukur susut bobot digunakan rumus sebagai berikut :
Susut bobot (%) =    X 100 %

Dimana :
W  = Bobot bahan awal penyimpanan (gram)
Wa = Bobot bahan akhir penyimpanan (gram
2.4.2   Kekerasan
          Kekerasan adalah komponen kualitas dan merupakan indeks kematangan pada sayuran dan buah-buahan segar. Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap jarum penusuk dari rheometer. Pengujian dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung cabai merah. Selama pengujian cabai merah dipegang dengan tangan agar buah tidak bergeser.

2.5.Prosedur Penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi asap cair dalam menghambat kerusakan mutu cabai merah selama penyimpanan. Pengujian asap cair ini di lakukan dengan perlakuan perendaman dengan konsentrasi asap cair dengan konsentrasi sesuai perlakuan dengan waktu 5 menit.
2.5.1        Pelaksanaan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut:
1.      Cabai merah yang telah masak, kemudian disortasi untuk mencari warna dan tingkat kematangan yang seragam (kematangan 50%) dicuci dengan air bersih dan dikering-anginkan sampai kering. cabai yang digunakan untuk setiap perlakuan yaitu 20 cabai.
2.      Sebelum diberi perlakuan, diambil 20 cabai disetiap perlakuan untuk diukur tingkat kekerasannya pada hari ke-0. Selain itu cabai sebelum diperlakuan ditimbang untuk mengetahui berat awal.
3.      Cabai merah tersebut diberi perlakuan asap cair dengan konsentrasi yang berbeda yaitu T1, T2, T3, T4, T5. Selain itu ada kontrol untuk mengetahui respon cabai merah tanpa perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali.
4.      Cabai merah direndam dalam asap cair selama 5 menit sesuai dengan  konsentrasi asap cair yang digunakan sebagai perlakuan.
5.      Cabai merah yang telah diberi perlakuan tersebut dikering-anginkan atau ditiriskan kemudian dipisahkan untuk mempermudah dalam pengamatan.
6.      Kemudian pepaya tersebut  disimpan.
7.      Setelah itu dilakukan pengukuran dan pengamatan mutu cabai setiap 2 hari sekali selama 15 hari. Pengamatan yang dilakukan adalah susut bobot, tingkat kekerasan.

2.6         Skema Penelitian




 






2.7         Analisis Data
Pengolahan data menggunakan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh perlakuan pada taraf 5%.

III.   DAFTAR PUSTAKA
Desroser, Norman W. 1988. Teknologi pengawetan panggan. UI-Press. Jakarta

Karseno, Purnama Darmadji dan Kapti Rahayu. 2001. Daya Hambat Asap Cair Kayu Karet Terhadap Bakteri Pengkontaminan Lateks dan Ribbed Smoke Sheet. Agritech 21(1): 10-15.

Retnowati Indra. 2007. Skripsi tentang kajian pemanfaatan asap cair tempurung  kelapa sebagai disinfektan dalam penanganan pascapanen buah pepaya (carica papaya l.). IPB. Bogor 

S Alex. 2012. Usaha tani cabai. Pustaka baru press. Yogyakarta

Tarigan S dan W wiryanta. 2003. Bertanam cabai hibrida secara intensif. Agromedia pustaka. Jakarta.

Tranggono, Suhardi, Bambang S., Darmadji P., Supranto dan Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa. Ilmu dan Teknologi Pangan. 1(2): 15-24.

Yulistiani R. 1997. Kemampuan Penghambatan Asap Cair terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen dan Perusak pada Lidah Sapi. Tesis. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan-Pascasarjana UGM. Yogyakarta.