Senin, 09 Mei 2011

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN
JARINGAN PENGANGKUTAN AIR
 
FATKHONUDIN
D1A009162

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2011

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar
menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang
mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah.
Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem
transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan
selalu dalam keadaan turgit atau segar.
Beberapa percobaan telah membuktikan bahwa keadaan air tanaman
tergantung atas kecepatan absorbsi air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi.
Transpirasi sebenarnya tidak lain dari kehilangan air yang disebabkan menguapnya
air dari sel-sel tumbuhan dan keluar melalui mulut daun dalam bentuk uap air.
Transpirasi yang terjadi secara besar-besaran mengakibatkan kekurangan air bagi
tanaman.
Transportasi air dalam batang tanamn adalah melalui jaringan-jaringan dalam
tubuh tanaman. Dan bagai mana pergerakan air kedaun. Kekurangan air menurunkan
perkembanganvegetatif dan hasil panen dengan cara mengurangi pengembangan
daun dan menurunkan proses fotosintetis.
Penurunan air selama inisiasi pembangunan, penyerbukan aitau
perkembangan biji mungkin sangat menurunkan jumlah atau hasil dari produksi
tanaman itu sendiri. Jumlah evapotranspirasi dari suatu tajuk tanaman budidaya
merupakan fungsi landaian potensial air dari dalam tanah sampai keudara bebas dan
tahanan terhadap aliran melalui tanaman atau dari permukaan tanah.
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jaringan apa yang berfungsi untuk
pengangkutan air dari akar kedaun.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Allamanda cathastica merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah
tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanamn ini
tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang karena batang dan
daunya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh didaerah
yang kurang air karena daun da batang nya akan mengerdil.
Tanamn ini juga merupakan tanaman yang mempunyai ciri yaitu dengan
bentuk daunya yang menyerupai bentuk payung dengan jumlah daun 3-4 lembar.
Tanamn ini merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna kuning yang
bentuknya menyerupai terompet. Dan mempunyai kar tunggang sehingga merupakan
tanman dicotyledon. Pada daun muda warna daun yaitu hujau muda sedangkan pada
daun tua berwarna hijau tua atau hujau gelap.
Jaringan Pengangkut Air
Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarah
keujung-ujung. Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungan
sitoplasmiknya mati. Hasilnya adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yang
tidak mati. Hasilnua adalah pembuluh xilem bersambung dengan transpor air dan
mineral keatas (Kimball, 1992).
Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut
dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang
disebut stele. Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding
transversalnya dean juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal,
dikenal dengan pita kaspari.
Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar
indodermis terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga
besar kemungkinan air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xilem
melalui dinding sel korteks tersenut ( Lakitan, 1995 ).
Pergerakan air pada akar melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan
simplas, lalu masuk kedalam pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan
atau air krena adanya tenaga pendorong (driving force ), hidrasi pada dinding
pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, hidrasi pada dinding pembuluh yang
dilaluinya, dan gaya kohesi antar molekul air yaitu absorbsi aktiv. Terjadi bilamana
kelembaban tanah tersebut tinggi dan tumbuhan melakukan transpirasi yang renadah.
Dalam kondisi tersebut, absorbsi air dinyatakan terutama akibat osmosis,
walaupun mekanisme lain mungkin terlibat. Yang kedua adalah absorbsi pasif,
terjadi bilamana mengalami transpirasi yang sangat tinggi. Pada kondisi tersebut,
absorbsi aktif tidak berfungsi kerena gerakan air yang cepat melalui akar akn
menghanyutkan solut yang menentukan dalam absorbi aktif. Mungkin juga transpirsi
yang cepat menguras air dan menurunkan tekanan turgor dalam sel akar hidur
sehingga perembesan solut menjadi menurun. Dalam kondisi transpirasi yang cepat
kondisi kehilngan air cenderung melampaui absorbsi, dan kolom air dalm sel
pembuluh mengalami tegangan. Dan kemudian tegangan tersebut akan dilanjutkan
keakar (Sutami, 1984)
Fungsi air sebagai larutan ini penting sekali artinya bagi kehidupan
tumbuhan. Struktur molekul protein dan asam nukleat sangat ditentukan dengan
adanya molekul air disekitarnya. Aktivitas senyawa lain didalam protoplasma juga
sangat ditentukan kandungan air (Kimball, 1998).
Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhan
dapat dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya
berdasarkan atas energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut
potensial air, dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan status air
dari jaringan tanaman dengan memakai istilah potensial air.
Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut kurang
atau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air
dari suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standart
tertentu ( Zuljati, 1997 ).

III. Alat, Bahan dan Cara Kerja
A. Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1). Tanamn Alamanda, 2). Vasellin, 3) air.
Dan alat yang digunakan adalah :
1). gabus, 2). Pisau, 3). Botol selai,
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu :
1. Pilih 3 cabang berdaun dari tanman alamanda. Potong cabang-cabang
tersebut sedemikian rupa sehingga apabila dimasukan kedalam botol, mak jarak
bekas potongan dengan dasar botol 61 cm
2. Kuliti ketiga cabang tersebut sepanjang 3 cm dari bekas potongan
 cabang pertama untuk perlakuan kontrol
 cabang kedua untuk perlakuan xilem tertutu, yaitu dengan mengolesi
ujung cabang bekas potongan dengan vaselin
 cabang ketiga untuk perlakuan floem tertutup, yaitu dengan mengolesi
bagian yang dikuliti dengan vaslin sampai batas ujung cabang.
3. Ratakan vaslin
4. Isi botol dengan air distilasi, masukan cabang kedalam lubang pada sumbat
gabus dan tutupkanlah sumbat tersebut pada botol. Berilah tanda tinggi
permukaan air pada saat percobaan dimulai
5. Amati setelah 48 jam dan sesudah 1 minggu. Pengamatan meliputi tinggi
permukaan air dan kedalaman cabang tanamn.
 
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data pake data kalian sendiri yaccccccchhhhhh
B. Pembahasan
Air merupakan senyawa yang dibentuk dalam jumlah yang besar, baik untuk
tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk
perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum jaringan
pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk melihat proses transpor air dari akar
kedaun melalui xilem.
Status air dan tumbuhan pada kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air oleh transpirasi menyerupai air yang tidak cukup oleh akar
menimbulkan devisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu devisit yang
mengakibatkan penurun evaporasi air dari daun sehingga transpirasi menjadi rendah.
Selain itu, transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air.
Sistem transportasi bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar
sel tumbuhan selalu dalam keadaan turgit atau segar.Pergerakan air pada akar
melalui linatasan radian dengan konsep apoplas dan simplas, lalu masuk kedalam
pembuluh xilem untuk dibawa kedaun, naiknya cairan atau air krena adanya tenaga
pendorong (driving force ).
Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum.
Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan
floem tertutup. Air diserap melalui akar bersama sama dengan unsur hara yang
terlarut didalamnya. Untuk dapat diserap molekul-molekul air harus berada pada
permukaan akar.
Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol
selai, ditutup dengan vaselin. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
transpirasi secar besar-besaran atau berlebiahan. Transpirasi merupakan proses
kehilangan atau hilangnya kandungan air pada tanamn berupa uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata.
Tapi hasil yang di peroleh dari praktikum ingin saat idak baik karena ada
kesalahan pada saat pemberian Vaseline, sehingga tanaman ada yang mati.
 
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah :
1. Hasil yang diperoleh dari praktikum terlihat pada tabel hasil praktikum.
Diantaranya terdapat keterangan dari perlakuan yaitu kontrol, xilem tertutup dan
floem tertutup.
2. Pada praktikum ini, batang alamanda yang telah dimasukan kedalam botol
selai, ditutup dengan vaselin.
3. Pada praktikum jaringan pengangkut air mempunyai tujuan yaitu untuk
melihat proses transpor air dari akar kedaun melalui xilem.
4. Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut
dengan perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang
disebut stele.

DAFTAR PUSTAKA
  • Dwijoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
  • Lakiatan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universi Sriwijaya.Palembang.
  • Prawiranta, W et al. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen BotaniFakultas Pertanian IPB. Bogor
  • Salisburry, F.B dan C. W. Ross. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Penerbit ITB.Bandung
  • Sutarmi Tjitrosmo, Siti. 1984. Botani Uum II. Angkasa. Bandung

Jumat, 06 Mei 2011

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
POTENSIAL AIR JARINGAN TANAMAN


OLEH :
FATKHONUDIN
D1A009162

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS JAMBI
2011
A. TUJUAN
Mengukur potensial air dalam jaringan tumbuhan.
B. LANDASAN TEORI
Potensial kimia adalah energy bebas per mol substansi di dalam suatu system kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu sengawa di bawah kondisi tekanan dan temperatur konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal hubungan air dan tanaman, potensial kimia dari air sering dinyatakan dengan istilah “ potensial air ”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran energi dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak, maka potensial air merupakan ukuran dari enegi yang tersediadi dalam air untuk bereaksi atau bergerak. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untukmolekul difusi.
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurangdari nol. Definisi ini hanya berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar sistem di tingkatkan atau di turunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan perubahan tekanan tersebut.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menujukkan setatus larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersubut ke dalam seri larutan yang telah di ketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tunbuhan tersebut dapat diketahui.


C. CARA KERJA
Mengukur potensial air umbi jalar atau umbi kentang :
1. Pilihlah umbi kentang yang cukup besar dan buatlah silinder umbi dengan mempergunakan pengebor gabuh.
2. Buatlah silinder –silinder umbi tadi sama panjang, yaitu 4 cm sebanyak empat buah untuk masing-masing satu perlakuan (6 perlakuan )
3. Simpanlah masing-masing empat buah silinder dalam 20 ml larutan sukrosa 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 M dalam tabung tabung reaksi. Berkerjalah dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan air dari permukaan silinder.
4. Tutup tabung reaksi tadi selama percobaan di lakukan. Setelah 60 menit, keluarkan silinder-silinder tadi dan ukur kembali panjangnya sampai mendekati 0,5 mm.
Mengukur potensial air daun Rhoeodiscolor dengan cara Shardakov :
1. Buatlah potongan daun Rhoeodiscolor dengan alat pengebor gabus.
2. Masukkan masing-masing 20 potongan daun ke dalam setiap tabung reaksi (6 tabung), yang berisi larutan suksosa 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 M. kemudian tutuplah bagian mulut tabung reaksi dengan oleh kertas dengan rapat.
3. Setiap 15 menit sekali, goyangkan-goyangkanlah tabung reaksi dengan hati-hati agar kesetimbangan cepat tercapai.
4. Setelah 60 menit, bukalah tutup kertas pada mulut tabung reaksi dan keluarkanlah potongan-potongan daunnya dengan pinset yang sesuai dengan nomornya, biarkan larutan bekasnya tetap berada dalam tabung reaksi tersebut.
5. Ujilah larutan bekas tadi dengan larutan metilen blue yang konsentrasinya sesuai dengan konsentrasi larutan sukrosa. Cara pengujian adalah sebagai berikut :
Pipetlah larutan metilen blue dengan pipet, kemudian teteskanlah satu atau dua tetes larutan tersebut di atas permukaan larutan yang akan diuji. Amati peristiwa yang terjadi.
6. Lakukan pengujian terhadap seluruh tabung reaksi.
7. Sekarang perhatikanlah pada tabung reaksi mana konsentrasi sukrosa bekas tadi tidak mengalami perubahan dengan cara memperhatikan larutan pengujinya.
Apabila larutan penguji jatuh ke bawah larutan yang diuji, berarti larutan yang diuji telah mengalami pengenceran karena ada air dari daun yang keluar masuk ke dalam larutan.
Apabila larutan penguji melayang dalam larutan yang diuji, di ikuti dengan tersebarnya larutan-larutan penguji tadi ke seluruh larutan yang diuji berarti tidak ada perubahan konsentrasi.
Apabila larutan penguji tetap berada di permukaan larutan yang diuji berarti larutan tersebut telah menjadi pekat karena ada air dari larutan yang masuk ke dalam daun.
Selanjutnya, apabila konsentrasi tidak berubah maka potensial air daun rhoedicolor sama dengan potensial air larutan sukrosa dimana daun tadi di simpan.
D. HASIL PENGAMATAN
Data kelas
Kelompok
Larutan (s)
Perlakuan
∆G
Larutan penguji
1
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
0,433
0,098
-1,13
-2,285
-2,808
-3,325
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
2
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
0,264
-0,094
-1,172
-1,956
-2,289
-2,792
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
3
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
1,0736
0,239
-0,763
-2,091
-2,183
-2,419
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
4
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
0,2376
-0,0654
-0,6819
-1,0299
-1,4215
-1,3809
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
5
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
0,609
0,008
-1,021
-1,729
-2,597
-2,926
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Melayang
Melayang
Tenggelam
6
0M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
20 ml 70’
0,1009
-0,485
-1, 2689
-2,7642
-2,929
-3,2579
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, yang akan dikerjakan adalah mengukur potensial air dalam jaringan tumbuhan, yaitu pada umbi kentang dan daun Rhoeodiscolor. Untuk mengukur potensial pada umbi kentang, digunakan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 M. Umbi kentang terlebih dahulu di buat silinder menggunakan pengebor gabus dengan diameter 1,4 cm dan panjang 4 cm. Setelah dimasukkan ke dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi, umbi kentang mengalami perubahan berat.
Pada kelompok kami, dengan perlakuan larutan sukrosa 20 ml dalam waktu 60 menit, umbi kentang pada larutan sukrosa 0 M mengalami pertambahan berat sebesar 0,609. Begitu pula halnya pada larutan sukrosa 0,2 M yaitu sebesar 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa air pada larutan sukrosa mengalir masuk ke dalam jaringan, yang menandakan bahwa potensial air pada larutan sukrosa lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air pada kentang. Sedangkan pada larutan sukrosa 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 M, umbi kentang mengalami pengurangan berat dan kondisi fisiknya pun berubah, yaitu kentang menjadi lembek dan lentur. Perubahan berat umbi kentang berturut-turut adalah -1,021; -1,759; -2,597; -2,926. Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, maka berat umbi kentang pun semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa air pada kentang keluar menuju larutan sukrosa karena konsentrasi larutan sukrosa lebih pekat. Dengan kata lain, potensial air larutan sukrosa <>
Pada percobaan kedua, yaitu mengukur potensial air daun Rhoeodiscolor. Untuk mengukur potensial air daun Rhoeodiscolor, dibutuhkan larutan sukrosa masing-masing 10 ml dengan konsentrasi 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 M. Daun yang telah di bor menggunakan pengebor gabus sebanyak 25 potong, dimasukkan kedalam larutan sukrosa yang telah disiapkan selama 60 menit. Setiap 15 menit, tabung reaksi tersebut digoyangkan agar cepat mencapai kesetimbangan. Setelah 60 menit, daun tersebut kemudian dikeluarkan menggunakan pinset. Larutan bekas daun inilah yang akan diuji menggunakan larutan metilen blue dengan konsentrasi yang sama, yaitu 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 M. Pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M yang diuji menggunakan larutan metilen blue 0 M, ternyata larutan metilen blue berada di permukaan air (terapung). Hal ini menunjukkan bahwa larutan sukrosa 0 M tersebut telah menjadi pekat karena ada air dari larutan yang masuk ke dalam daun. Dengan kata lain, potensial air larutan sukrosa 0 M lebih besar dibandingkan dengan potensial air daun Rhoeodiscolor. Selanjutnya, pada larutan sukrosa 0,2 ; 0,4 dan 1 M, larutan metilen blue jatuh ke bawah larutan sukrosa (tenggelam). Hal ini menunjukkan bahwa larutan sukrosanya telah mengalami pengenceran karena air dari daun keluar, masuk menuju ke larutan.
Pada larutan sukrosa 0,6 dan 0,8 M, larutan metilen blue melayang. Hal ini menandakan tidak terjadinya perubahan konsentrasi. Peristiwa ini tidak akan terjadi apabila tidak terdapat kesalahan dalam proses pengerjaan, yaitu kecerobohan praktikan. Pada saat pengujian larutan, penetesan metilen blue dilakukan tanpa menghomogenkan larutan sukrosa terlebih dahulu sehingga larutan metilen blue melayang pada larutan sukrosa. Selain itu, pinset yang digunakan pada saat pengambilan daun tidak dibedakan sehingga konsentrasi larutan sukrosa antara larutan sukrosa yang lain bercampur.

PENGARUH KADAR GARAM TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN 

OLEH 

FATKHONUDIN

D1A009162


PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2011


 Tinjauan Pustaka
Didalam tubuh tanaman, lebih dari 90% air yang diserap oleh akar dikeluarkan lagi ke udara sebagai uap air. Penyerapan air oleh tanaman sebagian besar melalui rambut-rambut akar, yang menyediakan permukaan untuk penyerapan yang amat luas. Pada beberapa tanaman, ketika akar menyerap air dari tanah dan mengangkutnya ke dalam xylem akar, air dalam xylem akan membentuk tekanan positif atau tekanan akar. Intensitas transpirasi sangat dipengaruhi oleh kadar karbondioksida di dalam ruangan interseluler, cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan keadaan air dalam tanah (Harso, 2010).
Sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah. Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam hubungannya dengan lingkungan (Loveless, 1991).
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi (Anonimous, 2010).
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer (Anonimous, 2010).
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis (Anonimous, 2010). 
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air larutan) juga meningkat (Salisbury dan Ross, 1995).
Pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis. Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air dan banyak hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi (Dwijoseputro, 1985).
Air diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses fotosintesis, darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi.Apabila air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi dari air yang diserap tanaman dari tanah, maka air akan hilang dari sel-sel tanaman sehingga sel tanaman kehilangan tegangan turgor dan akhirnya tanaman menjadi layu.setiap gejala kelayuan pada tanaman dapat dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti. Pertumbuhan akan tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel-sel baru terbentuk (Asdak, 2005).


Hasil Pengamatan
Tabel kemampuan penyerapan Kecambah
No.
waktu
Volume kadar garam yang diserap
pengamatan
0%
10%
30%
50%
70%
100%
1
Hari ke-2
10 ml
10 ml 
10 ml 
10 ml
10 ml
10 ml
2
Hari ke-4
2 ml
 -
 -
 -
 -
 -
3
hari ke-6
 -
 -
 -
 -
 -
 -
4
Hari ke-8
 -
 -
 -
 -
 -
 -
5
Hari ke-10
 -
 -
 -
 -
 -
 -
Tabel Panjang Kecambah
No.
Kadar Garam
Kecambah
Panjang awal (cm)
Panjang akhir (cm)
1
0%
1
13,5
-
2
12,3
-
3
12
-
4
12
-
2
10%
1
9
-
2
6,5
-
3
7,5
-
4
6
-
3
30%
1
12
-
2
10,7
-
3
12,6
-
4
12
-
4
50%
1
11,5
-
2
11,2
-
3
10,7
-
4
11,8
-
5
70%
1
11
-
2
7
-
3
10
-
4
9
-
6
100%
1
3,7
-
2
4
-
3
6
-
4
7,5
-

Pembahasan
Kebutuhan tanaman terhadap penyerapan air untuk melangsungkan kehidupannya sangat besar, Tumbuhan dapat mengabsorbsi air karena adanya perbedaan potensial air di akar dan diluar akar. Besarnya potensial air ini dipengaruhi oleh potensial osmotik. Potensial osmotik disebabkan adanya bahan terlarut seperti garam didalam air sehingga dapat menurunkan energi bebas air karena molekul bahan terlarut seperti garam menarik dan mengikat molekul air.
Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat pengaruh konsentrasi garam (osmotik) terhadap kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi air yang merupakan pelarut dari garam tersebut. Keberadaan garam-garam terlarut dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada toples percobaan dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah. Empat batang kecambah Phaseolus radiatus yang diletakkan di dalam toples pada garam dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70% dan 100% mengalami kematian pada hari ke-2 setelah perlakuan sedangan kecambah pada konsentrasi garam 0% (hanya air mineral) mengalami kematian pada hari ke-6 setelah perlakuan. Kematian pada Kecambah terjadi karena garam-garam yang terlarut di dalam air dapat menekan potensial air atau dengan kata lain konsentrasi garam terlarut dapat menurunkan konsentrasi air didalam toples sehingga potensial atau konsentrasi air di toples menjadi lebih rendah dari pada potensial atau konsentrasi air didalam tubuh tumbuhan. Sehingga meskipun kecambah diletakkan pada toples yang berisi larutan, kecambah tersebut tidak dapat menyerap air. Mekanisme yang terjadi justru sebaliknya, potensial osmotik menyebabkan air didalam tubuh tumbuhan cenderung untuk keluar karena air bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hal ini menyebabkan kecambah mengalami kekeringan fisiologis yang diawali dengan layunya tanaman dan diakhiri dengan kematian. Sedangkan Kecambah pada konsentrasi 0% Nampak segar hingga hari ke-4 dan mulai mengalami kematian pada hari ke-6 hal ini disebabkan karena kecambah kekurangan unsur hara lainnya yang juga dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhannya.
Garam memiliki sifat higroskopik atau memiliki kemampuan menyerap air disekelilingnya. Semakin tinggi konsentrasi garam yang dilarutkan dalam air maka semakin rendah konsentrasi air sehingga semakin cepat memicu terjadinya stress garam hingga kekeringan fisiologis pada kecambah.
  
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan :
1.      Perbedaan konsentrasi garam mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengasorbsi air karena garam menarik dan mengikat molekul air
2.      Semakin tinggi konsentrasi garam menyebabkan terjadinya potensial osmotik semakin tinggi sehingga memicu pada kekeringan fisiologis