Minggu, 11 November 2012

Penanaman Eksplan Pada Teknik Kultur Jaringan


1. Judul
Penanaman eksplan Pada Teknik Kultur Jaringan

2. Tujuan
a. Mengetahui dan mempraktikan cara sterilisasi eksplan dan menanam eksplan.
b. Mencari factor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur  jaringan.
3. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain :
Laminar Air Flow
Erlenmeyer
Handsprayer
Pinset
Tisuu
Plastik
Karet
Galon (Wadah Aquades)
Bahan Yang digunakan antara lain :
Bahan eksplan yang dapat berupa daun muda, tunas, pucuk tanaman :
Eksplan (kentang, jarak, pisang, durian)
Media tumbuh
Sterilan : alcohol, clorox, agred dan banlog
Aquades steril

4. Prinsip teori
Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap, yaitu :
Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.
Tahap III atau disebut juga tahap pendewasaan.
Penanaman eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril, dan eksplan juga dalam keadaan yang steril pula.  Penanaman dapat dilakukan pada ruangan tertutup atau ruangan penabur  dalam Laminar Air Flow (LAF). Ruangan digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan alkohol 96 % pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan selama 30 menit dengan sinar UV yang menyala.
Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.
Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.


5. Cara Kerja
a. Penyiapan Ruangan
Sebelum digunakan ruang penabur disterilkan dengan sinar UV selama 30 menit atau dengan menyemprotkan alcohol 96% ke bagian tangan dan botol yang berisi media
Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAF, posisi scalpel dan pinset serta alcohol 96% yang digunakan untuk mensterilkan dissecting kit.
Petridish diletakan dibagian tengah, setiap selesai eksplant dipotong petridish ditutup kembali untuk menghindari kontaminasi.
Selesai digunakan alat disterilkan dengan alkohok dan dibakar dengan Bunsen.
Sebelum masuk kedalam LAF semua seperti botol dan tangan harus disterilkan dengan alcohol 96%.
Setiap selesai menggunakan pinset maupun scalpel, lalu dicelupkan kedalam alkohol, lalu dibakar pada nyala api bunsen.
b. Penyiapan Eksplan
Eksplan adalah bahan tanaman yang akan dikulturkan, dapat berupa daun, tunas, pucuk, bunga, endosperm, buah muda, sel, protoplas dan yang lainnya.
c. Penanaman Eksplan
Disiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk penanaman eksplan.
Diambil potongan eksplan yang sudah siap untuk ditanam dengan pinset.
Dibuka botol kultur yang telah berisi media dan dibakar bagian mulut botol.
Diletakan eksplan kedalam media dengan hati-hati.
Botol ditutup dengan kertas aluminium foil dan diseal.
Diletakan pada ruang inkubasi.
Diamati perkembangan eksplan.                                        
6.

7. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Terdapat Pada Lampiran.

b. Pembahasan
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril. Dalam melakukan proses kultur jaringan ada beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai hal ini penting karena menyangkut materi yang akan digunakan. Setelah mengetahui tujuan yang ingin dicapai langkah yang dilakukan berikutnya adalah menentukan medium yang akan digunakan.( Nasir,2001)
Proses kultur jaringan tidak bisa dilakukan di tempat yang sembarangan, akan tetapi dilaksanakan pada laboratorium tertentu. Proses penyimpanan eksplan dilakukan di dalam ruang penabur. Dimana ruang penabur merupakan kunci keberhasilan budidaya in-vitro. Didalam ruangan ini semua dilakukan dengan steril, dan pengawasan kesterilan di ruang penabur tersebut  sangat ketat.( Moeso S,1996 )
LAF cabinet merupakan suatu kotak tempat sterilisasi dan penanaman eksplan ( bahan tanam ). Di dalam laminar, terdapat blower  dan lampu ultra violet. Blower menghembuskan udara halus melalui suatu kotak filter yang fungsi  untuk mencegah kontaminan yang berasal dari udara. Sementara itu, lampu ultra violet berfungsi untuk mematikan kontaminan yang berada di permukaan dalam laminar, permukaan dalam laminar dilap dengan kapas atau tissu yang sebelumnya dicelupkan dalam alkohol 70% dan lampu ultra violetnya dinyalakan selama 0,5-1jam (Hendaryono,1994 ).

Prinsip kerja Laminar Air Flow Cabinet
Lamianar Air Flow Cabinet digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan inokulasi/ penanaman.
Laminar Air Flow Cabinet mengutamakan adanya hembusan udara steril yang digerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter.
Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow Cabinet harus dinyalakan minimal 30 menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya.
Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang berfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.
Agar Laminar Air Flow Cabinet dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan perawatan alat harus selalu dilakukan.
Cara kerja Laminar Air Flow Cabinet
Bersihkan meja kerja dengan menggunakan tissue, Semprot meja kerja dengan menggunakan alkohol tanpa mengenai bagian filter HEPA.
Tutup kaca Laminar Air Flow Cabinet, kemudian nyalakan lampu UV selama 30 menit.
Setelah minimum 30 menit, matikan lampu UV dan buka kaca laminar air flow cabinet serta nyalakan lampu TL dan blower.
Siapkan pisau scalpel dan pinset pada meja kerja steril Semprotkan alat tersebut dengan menggunakan alcohol.
Bakarlah alat tersebut dengan menggunakan nyala api lampu spirtus. Lakukan kegiatan inokulasi dengan hati-hati dan cermat sesuai dengan petunjuk kerja.
Bersihkan kembali Laminar air flow cabinet sehingga dalam kondis siap pakai.  Matikan blower dan lampu TL, tutup kembali pintu kaca meja steril.
Pada laminar air flow cabinet, terdapat 2 macam filter :
Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu dan benda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5mm sehingga efisiensinya dapat mencapai 95mm untuk objek-objek yang >5mm.
HEPA filter dengan pori-pori 0.3 m dan terdapat pada bidang keluar udara kearah permukaan tempat kerja.
Pre-filter harus sering dibersihkan dengan vacum cleaner dan sebaiknya diganti 1 tahun sekali. Namun HEPA filter diganti setelah melalui pemeriksaan dengan particulate count atau dengan alat yang disebut magnehelic gauge. Laminar air flow cabinet ada yang dilengkapi dengan lampu UV, ada juga yang tidak. Pada laminar air flow cabinet yang tidak dilengkapi dengan lampu UV, blower harus dijalankan terus menerus walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam laminar air flow tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu UV. dianjurkan agar menyalakan lampu UV. minimum 30 menit sebelum laminar air flow digunakan. Ketika laminar air flow sedang digunakan, lampu UV harus dimatikan, sedangkan blower dijalankan.
Sterilisasi eksplan
Sterilisasi eksplan dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara mekanik dan secara kimia.
a. Sterilisasi eksplan secara mekanis. Cara ini digunakan untuk eksaplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar eksplan tersebut diatas lampu spirtus sebanyak tiga kali. Eksplan keras yang disterilkan dengan cara ini adalah tebu, biki salak, bung, buah anggrek, akapulaga dan sebagainya. Sterilisasi eksplan dengan cara kimiawi.
b. Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak seperti daun, tangkai daun, dan sebagainya.  Bahan kimia yang sering dipakai untuk disinfestasi adalah alkohol seperti etil, metil, atau isopropyl-alkohol dengan konsentrasi 70-80%, Ca-hipoklorit atau Na- hipoklorit.
Macam-macam bahan untuk sterilisasi dan fungsinya:
a. Deterjen (Membershkan kotora/debu dari eksplan)
b. Fungisida (Memberihkan jamur/cendawan)
c. Bakterisida (Membersihkan bakteri)
d. Alkohol 70% dan 95%
e. Sodium hipoklorik dengan nama dagang clorox atau bayclin
f. Mercury chlorit dengan nama dagang sublima 0,05 %
g. Tween -20 (Agen pembasah)
h. Antibiotik
i. Iodine/betadine Antiseptik
Eksplan Yang Baik
Eksplan sendiri adalah bagian tanaman yang dipakai untuk bahan budidaya atau kultur jaringan. Eksplan yang baik adalah :
a. Bagian tanaman yang masih muda
b. Diambil dari tanaman yang tumbuh subur dan sehat
c. Dinding sel amsih tipis dan belum berpembuluh kayu
d. Bersifat  merismatik atau meristemoid.
Sterilisasi sangat penting karena :
a. Jasad renik yang terbawa eksplan akan tumbuh menutupi eksplan dan media sehingga dapat menghancurkan jaringan yang akan ditanam.
b. Adanya jasad renik akan mengubah lingkungan karena hilangnya zat makanan di media dan dilepaskan produk metabolit tambahan ke dalam media dan dilepaskannya produk metabolit tambahan ke dalam media, sehingga dapat menghancurkan eksplan yang akan ditanam.










8. Kesimpulan
Berdasarkan  hasil pengamatan dan pelaksanaan praktikum kultur jaringan tanaman acara Penanaman Eksplan dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Penanaman eksplan dilakukan di LAF (Laminar Air Flow). Penggunaan alat sebelumnya sudah dalam keadaan steril. Penanaman dilakukan dengan cara mencelupkan scalpel dan pinset ke dalam alcohol 96% lalu dibakar pada nyala api Bunsen. Setelah itu alat baru bisa digunakan untuk menanam. Pada setiap botol kultur, diisi 1 potong eksplan.
2. Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun kurang optimalnya dalam penanaman maupun melakukan hal lain yang dapat mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama dalam hal sterilisasi.











Senin, 29 Oktober 2012

Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan


Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Perhatikan tanaman atau tumbuhan yang ada disekitar rumah anda atau tempat tinggal atau dimana pun! Tentunya tanaman tersebut terdiri atas berbagai macam organ seperti akar, batang, daun, buah, bunga dan biji. Masing-masing organ tersebut memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Bagaimana struktur dari masing-masing organ tumbuhan tersebut...? Jaringan apa sajakah yang menyusun organ-organ tersebut...?

A. Jaringan pada Tumbuhan
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel melakukan pembelahan diri. Namun, pada perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel hanya terbatas pada jaringan yang bersifat embrionik. Jaringan yang bersifat embrionik adalah jaringan meristem yang selalu membelah diri. Pada korteks batang terjadi pembelahan tetapi pembelahannya sangat terbatas. Sel meristem tumbuh dan mengalami spesialisasi membentuk berbagai macam jaringan. Jaringan yang terbentuk tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri lagi. Jaringan ini disebut jaringan dewasa.

1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Berdasarkan asal usulnya, jaringan meristem dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Jaringan meristem primer
Jaringan meristem primer merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contohnya ujung batang dan ujung akar. Meristem yang di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Aktivitas jaringan meristem primer mengakibatkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.

b. Jaringan meristem sekunder
Jaringan meristem ini berasal dari jaringan dewasa, yaitu kambium dan gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan.

Berdasarkan posisi dalam tubuh tumbuhan, meristem dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Meristem apikal; terdapat di ujung pucuk utama, pucuk lateral, serta ujung akar.
b. Meristem interkalar; terdapat di antara jaringan dewasa, contoh pada pangkal ruas suku rumput-rumputan.
c. Meristem lateral; terletak sejajar dengan permukaan organ tempat ditemukannya. Contohnya kambium dan kambium gabus (felogen).

2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Sifat-sifat jaringan dewasa antara lain sebagai berikut.
a. Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
b. Ukuran relatif besar dibanding sel meristem.
c. Memiliki vakuola yang besar.
d. Kadang-kadang selnya sudah mati.
e. Dinding sel telah mengalami penebalan.
f. Terdapat ruang antarsel.

Menurut asal meristemnya, jaringan dewasa dibedakan atas jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer berasal dari meristem primer, sedangkan jaringan sekunder berasal dari meristem sekunder.
Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi antara lain :

a. Jaringan pelindung (epidermis)
Jaringan ini terdapat pada permukaan organ-organ tumbuhan primer seperti akar, batang, daun, buah, dan biji. Jaringan epidermis berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan dari pengaruh faktor luar yang merugikan pertumbuhannya. Sel-sel epidermis dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain (derivat epidermis), misalnya stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silica, dan sel gabus.

b. Jaringan dasar (parenkim)
Jaringan ini terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan kegiatan proses fisiologis. Pada daun, parenkim merupakan mesofil daun yang kadang berdiferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang.

c. Jaringan penyokong (penguat)
Jaringan penyokong merupakan jaringan yang memberi kekuatan bagi tumbuhan. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan penyokong dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Jaringan kolenkim
Jaringan kolenkim terdiri atas sel-sel yang bagian sudut dinding selnya mengalami penebalan selulosa dan sel-selnya hidup. Jaringan ini terdapat pada organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Kolenkim mempunyai protoplas, sel primer yang lebih tebal daripada sel parenkim. Jaringan kolenkim biasanya berkelompok dalam bentuk untaian atau silinder. Oleh karena kolenkim tidak mempunyai dinding sekunder dan bahan penguat (lignin) maka kolenkim dapat menyokong batang tanpa menghalangi pertumbuhan. Kolenkim tumbuh memanjang mengikuti daun dan akar yang disokongnya.
2) Jaringan sklerenkim
Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel-sel mati yang seluruh dindingnya mengalami penebalan sehingga memiliki sifat kuat. Jaringan ini hanya dijumpai pada bagian tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid (sel batu). Serabut umumnya dalam bentuk untaian atau dalam bentuk lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya berbentuk seludang yang berhubungan dengan berkas pengangkut atau dalam kelompok yang tersebar di dalam xilem dan floem. Sklereid lebih pendek daripada serat.

d. Jaringan pengangkut (vaskuler)
Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi berupa xilem dan floem. Xilem terdiri atas trakea, trakeid, serta unsur lain seperti serabut xilem dan parenkim xilem.
1) Xilem
Umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati, dinding sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xylem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Xilem berfungsi mengangkut air dari akar melewati batang dan menuju ke daun. Unsur xilem terdiri atas unsur trakeal, serabut xilem, dan parenkim xilem.
2) Floem
Floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju ke seluruh tubuh tumbuhan. Floem terdiri atas buluh tapis, unsur-unsur tapis, sel pengiring, parenkim floem, dan serabut floem. Berdasarkan posisi xilem dan floem, berkas pengangkut dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu kolateral, konsentris, dan radial.
1) Tipe kolateral
Berkas pengangkut disebut kolateral jika berkas pengangkut xilem dan floem terletak berdampingan. Floem berada di bagian luar dari xilem.
Tipe kolateral dibagi menjadi 2, yaitu kolateral terbuka dan kolateral tertutup. Jika antara xilem dan floem terdapat kambium maka disebut kolateral terbuka. Kolateral terbuka dijumpai pada dicotyledon dan gymnospermae.  Pada kolateral tertutup, antara xilem dan floem tidak terdapat kambium misal pada monocotyledon.
2) Tipe konsentris
Tipe berkas pengangkut disebut konsentris apabila xylem dikelilingi floem atau sebaliknya.
3) Tipe radial
Disebut tipe radial apabila xilem dan floem letaknya bergantian menurut jari-jari lingkaran. Contoh pada akar monocotyledon.

e. Jaringan sekretoris
Jaringan sekretoris disebut juga kelenjar internal karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Jaringan sekretoris dibagi menjadi sel kelenjar, saluran kelenjar, dan saluran getah. Sel kelenjar mengandung bermacam senyawa hasil metabolisme. Saluran kelanjar adalah sel berdinding tipis dengan protoplasma yang kental mengelilingi suatu ruas berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Saluran getah terdiri atas sel-sel atau sederet sel yang mengalami fusi, berisi getah, dan membentuk suatu sistem jaringan yang menembus jaringan-jaringan lain.

B. Organ Tumbuhan
1. Akar
Akar merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi menyerap air dan mineral dari dalam tanah. Tidak semua akar dapat mengisap zat-zat makanan, tetapi hanya bagian tertentu saja yaitu bagian yang belum diliputi gabus dan bagian yang belum tua. Bagian yang berperan dalam penghisapan makanan ini mudah mengalami kerusakan karena lingkungan yang tidak cocok, misalnya karena aerasi yang jelek, kurangnya kadar air dalam tanah, tingginya keasaman tanah.

Bagian-bagian akar adalah sebagai berikut.
a. Meristem apikal
Meristem apikal terdapat di bagian ujung akar, merupakan titik awal pertumbuhan akar. Pembelahan meristem apikal membentuk daerah pemanjangan, dan kemudian daerah deferensiasi. Daerah diferensiasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Daerah pendewasaan jaringan primer
b. Daerah jaringan primer yang sudah dewasa. Setelah itu terjadi pertumbuhan jaringan sekunder.

b. Kaliptra
Kaliptra merupakan tudung akar atau bagian yang menutupi meristem apikal. Kaliptra berfungsi sebagai sarung pelindung akar. Tudung akar berasal dari meristem apikal dan terdiri dari sel-sel parenkim. Sel sel dipermukaannya terus menerus lepas secara berkesambungan, dan sel dibawahnya menjadi berlendir. Sel-sel baru terbentuk pada tudung akar bagian dalam dari meristem apikal.

Struktur anatomi akar dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.
a. Epidermis (lapisan luar/kulit luar)
Epidermis akar terdiri atas satu lapis sel yang tersusun rapat. Epidermis akar umumnya tidak berkutikula. Pada daerah dekat ujung akar, sel-sel epidermis ini termodifikasi menjadi bulu-bulu akar. Bulu akar berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan.

b. Korteks (lapisan pertama/kulit pertama)
Korteks merupakan daerah antara epidermis dengan silinder pusat. Korteks terdiri atas sel-sel parenkim yang berdinding tipis dan tersusun melingkar. Di dalam korteks terdapat ruang-ruang antarsel sebagai tempat penyimpanan udara. Fungsi korteks adalah sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.

c. Endodermis (lapisan antara korteks dan stele)
Lapisan endodermis akar terletak di sebelah dalam korteks, yaitu berupa sebaris sel yang tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Dinding sel endodermis mengalami penebalan gabus. Penebalan berupa rangkaian berbentuk pita. Penebalan seperti pita ini disebut pita kaspari. Penebalan semula berupa titik yang disebut titik kaspari. Penebalan gabus menyebabkan dinding sel tidak dapat ditembus oleh air. Untuk masuk ke silinder pusat, air melalui endodermis yang dindingnya tidak mengalami penebalan yang disebut dengan sel penerus. Endodermis berperan mengatur lalu lintas zat ke dalam pembuluh akar.

d. Stele (silinder pusat, yaitu lapisan tengah akar)
Silinder pusat terletak di sebelah dalam endodermis. Di dalamnya terdapat pembuluh kayu (xilem), pembuluh tapis (floem) yang sangat berperan dalam proses pengangkutan air dan mineral, dan perisikel yang berada tepat di sebelah dalam endodermis. Perisikel berfungsi membentuk akar cabang. Akar ini akan menembus ke luar melalui endodermis, korteks, dan epidermis. Pertumbuhan cabang akar ini disebut pertumbuhan endogen. Pada tanaman dikotil, di antara xilem dan floem terdapat kambium ikatan pembuluh. Pada tanaman monokotil, selain xilem dan floem terdapat empulur tetapi tidak terdapat kambium ikatan pembuluh.

Berdasarkan strukturnya, secara umum terdapat dua macam akar, yaitu akar tunggang dan akar serabut.
a. Akar tunggang
Akar tunggang berasal dari akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar primer (akar pokok). Akar tunggang terdapat pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan berbiji terbuka. Berdasarkan percabangan dan bentuknya, akar tunggang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:

1) Akar tunggang tidak bercabang atau sedikit bercabang. Jika ada percabangannya biasanya terdiri atas akar-akar halus yang berbentuk serabut. Akar tunggang demikian sering kali berhubungan dengan fungsinya menyimpan air dan makanan. Akar tersebut mempunyai bentuk yang istimewa. Akar tunggang pada tanaman wortel dan lobak disebut dengan akar tombak atau akar pena. Ada juga akar tunggang yang berbentuk gasing seperti yang terdapat pada tanaman bengkoang dan bit karena pangkal akar besar membulat. Akar-akar serabut sebagai cabang hanya terdapat pada ujung yang sempit meruncing.

2) Akar tunggang bercabang. Akar ini berbentuk kerucut panjang tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang. Daerah perakaran menjadi luas sehingga penyerapan makanan lebih banyak. Akar tunggang jenis ini banyak dijumpai pada tanaman yang ditanam dari biji missal pohon mangga, nangka, rambutan dll.

b. Akar serabut
Akar serabut adalah akar yang tumbuh dari pangkal batang setelah akar lembaga (embrio) mati. Akar ini terutama terdapat pada tumbuhan monokotil. Pada tumbuhan berakar tunggang terdapat akar lembaga yang tumbuh terus membesar dan memanjang dan akhirnya menjadi akar primer atau akar pokok, sedangkan pada tumbuhan berakar serabut akar lembaga tidak tumbuh terus dan akhirnya mati. Pada pangkal batang akan tumbuh akar serabut yang ukurannya lebih kecil daripada akar lembaga, namun bercabang-cabang.

Berdasarkan cirinya, akar serabut dibagi dalam berbagai bentuk, yaitu:
1) akar bentuk benang, misalnya pada tanaman padi dan jagung,
2) akar gantung atau akar udara, misalnya pada pohon beringin,
3) akar pengisap, misalnya pada benalu,
4) akar pelekat, misalnya pada sirih,
5) akar nafas, misalnya pada bogem,
6) akar tunjang, misalnya pada pandan dan bakau,
7) akar pembelit, misalnya pada vanili,
8) akar banir, misalnya pada sukun, dan
9) akar lutut, misalnya pada pohon tanjung.

Fungsi akar antara lain sebagai berikut :
a. Menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
Akar dipergunakan oleh tumbuhan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Akar menyerap bahan-bahan mineral bersamaan dengan air dari lingkungannya. Air masuk ke dalam akar melalui rambut-rambut akar. Rambut akar atau bulu akar merupakan perubahan bentuk dari jaringan epidermis akar yang berfungsi mengisap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah.

b. Memperkokoh berdirinya batang tanaman
Akar dapat memperkokoh berdirinya tumbuhan sehingga dapat berdiri tegak di tempat tumbuhnya. Tumbuhan yang tinggi membutuhkan sistem perakaran yang semakin kuat untuk menahan terpaan angin yang semakin besar.

c. Tempat menyimpan cadangan makanan
Sebagian tanaman menyimpan cadangan makanan pada akarnya. Makanan yang disimpan biasanya berupa pati atau tepung. Cadangan makanan yang tersimpan dalam akar dipergunakan selama masa pertumbuhan tertentu dan akan digunakan untuk proses pertumbuhan pada masa pertumbuhan selanjutnya. Sebagian tanaman yang tergolong herba sangat tergantung pada cadangan makanan yang tersimpan dalam akar terutama untuk mengatasi kondisi lingkungan yang buruk, misalnya pada musim kemarau sehingga tanaman tersebut dapat bertahan hidup.

d. Bernapas (respirasi)
Sel-sel yang terdapat pada akar juga membutuhkan oksigen untuk melakukan pernapasan seperti halnya sel-sel pada makhluk hidup lainnya. Untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen tersebut maka akar mengambil oksigen dari rongga-rongga partikel tanah. Tanah yang gembur akan lebih mudah ditembus oleh udara sehingga kandungan oksigennya akan semakin banyak dibandingkan tanah yang padat. Tanah gembur dan banyak mengandung kompos atau tanah berpasir memiliki banyak rongga sehingga mudah ditembus udara.

e. Alat perbanyakan secara vegetatif
Akar sebagai alat perbanyakan secara vegetatif, misalnya pada pohon sukun dan cemara. Pada tanaman sukun dan cemara akar yang menyumbul dari dalam tanah dapat menghasilkan tunas dan akhirnya menjadi tanaman baru.

2. Batang
Fungsi batang antara lain sebagai berikut :
a. Mendukung tubuh tumbuhan.
b. Sebagai alat transportasi air, mineral, dan bahan-bahan makanan.
c. Merupakan tempat tumbuhnya cabang, daun, dan bunga.

Struktur batang lebih kompleks dibandingkan dengan akar. Batang ada yang tumbuh di atas tanah dan di bawah tanah. Batang yang tumbuh di dalam tanah berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, misalnya pada tanaman jahe. Batang tumbuhan tersusun dari tiga sistem jaringan, yaitu:
a. epidermis
b. korteks
c. endodermis

Jenis batang pada tumbuhan angiospermae ada tiga, yaitu:
1. Tipe lunak berair (herbaseus atau terna). Contoh: Kaktus.
2. Tipe berkayu (lignosus). Contoh: Pohon mangga, pohon beringin, pohon jati.
3. Tipe rumput (kalmus). Contoh: Tanaman padi.

Beberapa spesies tumbuhan memiliki batang yang mengalami modifikasi untuk fungsi yang beragam. Modifikasi batang antara lain sebagai berikut.
1. Rhizoma
Rhizoma adalah batang yang tumbuh horizontal di dalam tanah atau dekat dengan permukaan tanah. Rhizoma mempunyai ruas-ruas pendek dan pada bukunya terdapat daun-daun seperti sisik. Di sepanjang rhizome dapat dijumpai adanya akar adventif, terutama di permukaan bagian bawah. Rhizoma merupakan tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya pada famili Zingiberaceae (jahe-jahean).

2. Stolon
Stolon mirip dengan runner, tetapi biasanya tumbuh tegak di dalam tanah.

3. Runner
Runner adalah batang yang tumbuh horizontal di atas tanah, umumnya di sepanjang permukaan tanah, dan mempunyai ruas yang panjang, misalnya pada tanaman stroberi.

4. Umbi batang (tuber)
Misal pada kentang berkembangnya beberapa ruas di ujung stolon. Mata tunas pada umbi kentang merupakan kuncup yang terdapat pada buku batang, setiap mata tunas tersebut akan mampu berkembang menjadi individu baru.

5. Umbi lapis (bulb)
Umbi lapis merupakan kuncup besar yang dikelilingi oleh sejumlah daun berdaging, dengan satu batang kecil dan pendek pada ujung bawah. Daun berdaging mengandung cadangan makanan. Pada bawang merah, daun berdaging selalu dikelilingi oleh daun-daun seperti sisik. Umbi lapis juga dijumpai pada tanaman tulip, lili, dan lain-lain.

6. Umbi kormus (corm)
Kormus mirip dengan umbi lapis tetapi bagian yang membengkak seluruhnya merupakan jaringan batang. Helaian daun berbentuk sisik menutupi seluruh permukaan kormus.

3. Daun (Folium)
Pada daun terjadi peristiwa fotosintesis. Fotosintesis untuk memasak bahan makanan penyusun energi bagi tumbuhan ini dilakukan pada bagian daun yang disebut klorofil.

Stomata berupa pori-pori kecil terdapat di epidermis atas dan bawah daun. Pada tumbuhan darat jumlah stomata pada epidermis bawah daun lebih banyak daripada epidermis atas daun. Hal ini merupakan adaptasi tumbuhan untuk meminimalisasi hilangnya air dari daun. Celah stomata terbentuk apabila sepasang sel penjaga stoma mengerut. Sel penjaga ini mengatur ukuran stomata yang berperan penting dalam pertukaran gas (CO2 dan O2) yang terdapat di dalam daun dengan lingkungan luar. Selain itu, stomata juga berperan dalam pengaturan hilangnya air dari tumbuhan. Sistem jaringan dasar pada daun disebut dengan mesofil. Pada daun tumbuhan dikotil, mesofilnya terdiferensiasi menjadi jaringan pagar dan bunga karang.

Jaringan pagar dapat mengandung lebih dari 80 % kloroplas daun, sedangkan jaringan bunga karang merupakan tempat pertukaran gas karena sel-selnya tersusun longgar dengan ruang interselular yang banyak. Tulang-tulang daun yang mengandung berkas pembuluh tersebar di seluruh mesofil. Satu berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem dikelilingi oleh sel-sel parenkim berdinding tebal yang disebut dengan seludang pembuluh.

Berkas pembuluh yang terdapat pada daun tersambung secara kontinu dengan berkas pembuluh yang terdapat pada batang. Hal ini memungkinkan tersalurkannya air dan mineral terlarut dari tanah ke daun dan juga memungkinkan tersalurkannya hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan lainnya. Pada tumbuhan jagung dan tebu, seludang pembuluh adalah tempat terjadinya siklus Calvin dari proses fotosintesis.

Rabu, 24 Oktober 2012

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PERSILANGAN


Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman






Disusun Oleh :
Nama : Fatkhonudin
N I M : D1A009162


Laboratorium Pemuliaan Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Juli 2012
Materi ke II
TEKNIK PERSILANGAN BUATAN
Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan teknik persilangan buatan pada tanaman kedelai.
Prinsip teori
Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop). Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:
Stuktur bunga.
Waktu berbunga.
Saat bunga mekar.
Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
Tipe penyerbukan.

Bahan Dan Alat
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanaman pada polibag yang tidak dijadikan sampel (1 polibag)
3.2 Alat
Alat yang digunaka adalah sbb :
Pinset dengan ujung runcing
Benang jahit berwarna (sebaiknya kuning), untuk penana bunga yang telah disilangkan.
Label (dibuat dari bahan MAP plastik, dengan ukuran 2 X 6 cm), lengkap dengan benang pengantung.
Pensil 2B
Cawan petri/vial atau wadah lainnya untuk tempat meletakkan bunga jantan yang akan digunakan dalam persilangan.












Langkah Kerja
Persilangan dilakukan antara varietas yang berbeda, dengan tanaman pada masing masing polibag praktikan sebagai tetua betina. Tetua jantan adalah tanaman dari polibag lain dengan varietas yang berbeda. Setiap praktikan hanya membuat satu pasangan persilangan dengan jumlah bunga yang disilangkan diusahakan sebanyak mungkin. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30 – 50 HST), sampai bunga habis. Persilangan dilakukan setiap hari (kecuali hujan) mulai pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Struktur Bunga
Berbentuk seperti kupu kupu
Bunga kedelai, Terletak pada ruas batang
Berwarna unggu atau putih
Terdiri dari daun kelopak dengan 5 sepal
  Struktur bunga Mahkota dengan 5 petal
10 benang sari dan 1 putik
Sembilan benang sari berbentuk tabung, 1 terpisah.
Terdiri dari 1 petal bendera
Mahkota 2 petal sayap, dan
2 petal tunas bungga
Terletak di tengah benang sari megandung 1 bakal buah dengan 1 – 5 bakal biji.
  Tangkai putik panjangnya kira kira setengah dari panjang bakal buah, membengkok kearah benang sari yang bebas dan di ujungnya terdapat kepala putik.
Penyediaan Bunga Betina Dan Kastrasi
Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua betina, kemudian kepala putik nya diserbuki dengan serbuk sari variabel dari tetua jantan yang telah disiapkan.
Tetua Betina Bunga kedelai yang dapat dijadikan tetua betina adalah bunga yang masih dalam stadia kuncup dan diperkirakan akar mekar ke esok harinya. Kuncup bunga yang paling tepat dikastrasi adalah kuncup yang masih terbungkus kelopak dan pada bagian atas telah tampa mahkota bunga sepanjang kira kira 0.5 mm. Kuncup bunga muncul 1 -5 hari diawal pembungaan umumnya lebih baik untuk disilangkan karena ukuran bunganya lebih besar dibandingkan bunga bunga pada tahap akhir pembungaan. Pada setiap buku sebaiknya hanya 2 saja yang disilangkan, sisanya dibuang.
Kastrasi Kuncup bunga yang akan dikastrasi dipegang pangkal nya dengan ibu jaridan telunjuk tangan kiri, ujung daun kelopak kemudian dijepit dengan pinset yang dipegang tangan kanan, kemudian ditarik kebawah dengan agak kesamping, dengan cara ini akan seluruh bagian daun kelopak akan terambil dengan 2 – 3 kali tarikan. Setelah daun kelopak terbuang mahota bunga dijepit pada sekitar 1/4 bagian dari ujung atas, kemudian dengan hati hati dicabut sambil digoyang goyangkan. Benang sari biasanya ikut tercabut dengan mahkota bunga sedangkan putiknya tertingal. Bila benang sari tidak ikut tercabut akan terlihat kepala sari yang mengelilingi putik berwarna hijau muda dengan panjang sekitar 1 – 1,5 mm. Kepala sari dibuang dengan mengunakan pinset yang runcing.



Pengambilan serbuk sari
Tetua jantan Serbuk sari diambil dari tetua jantan yang sedang mekar dan tampak segar, biasanya ditandai dengan warnanya yang cerah. Bunga bunga tersebut diambil dengan ,mengunakan pinset dan dikumpulkan pada cawan petri, mahkota bunga dibuka dan dicabut dengan mengunakan pinset, kemdian benang sari diambil dengan cara menjepit dan mencabut tangkai sarinya. Untik melihat apakah serbuk sarinya masih baik atau tidak kepala sari disentuhkan pada kuku ibu jari. Bila terdapat tepung halus yang melekat pada kuku, maka serbuk sari cukup baik dan siap untuk diserbuki.

Penyerbukan dan panen polong hasil persilangan
Penyerbukan Benang sari yang mengandung serbuk sari variabel dioleskan pada kepala putik betina yang sudah dikastrasi. Bunga bunga yang telah disilangkan ditandai dengan megikatnya benang pada pangkal bunganya. Hal ini dilakukan agar pada waktu panen dapat antara polong hasil persilangan dan polong hasil penyerbukan sendiri. Pada tanaman tetua betina diberikan label yang Menyatakan kombinasi persilangan. tingkat keberhasilan persilangan oleh tenaga yang terampil mencapai 50%.
Panen Polong hasil persilangan dipanen saat matang dan kering dengan kadar air sekitar 20%, kemudian dibijikan dan dijemur hingga kadar air kadar air biji mencapai 10% biiji F1 hasil persilangan ini siap ditanam untuk emperoleh tanaman F2 hasil penyerbukan sendiri.




Hasil dan pembahasan
5.1 Hasil
a. Tabel Hasil Persilangan
Tetua Jaya wijaya X Detam 1

No. Berhasil Di silang Tidak Berhasil Di silang Jumlah Silang
1. 3 21 24

b. Gambar Praktikum terdapat pada lampiran 1.

Pembahasan
Teknik Persilangan
Persilangan dilakukan antara varietas yang berbeda, dengan tanaman pada masing masing polibag praktikan sebagai tetua betina. Tetua jantan adalah tanaman dari polibag lain dengan varietas yang berbeda. Setiap praktikan hanya membuat satu pasangan persilangan dengan jumlah bunga yang disilangkan diusahakan sebanyak mungkin.
Langkah – Langkah :
Setelah berumur 30 – 50 HST atau sudah mulai berbunga, dilakukan penyilangan sebanyak mungkin, penyilangan dapat dilakukan setiap hari (kecuali hari hujan) pada pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Memilih bunga yang diperkirakan mekar esok harinya dengan ciri-ciri kuncup bunga membengkak dan corolla mulai kelihatan muncul sedikit pada kelopaknya. Kelopak bunga dibuang dengan pinset. Kemudian buang bungga mahkota dengan cara menarik perlahan – lahan mahkota (sepal). Sampai habis.
Membuang seluruh stamen dengan menggunakan pinset sehingga hanya tertinggal kepala putik.
Memilih bunga yang mekar sebagai sumber serbuk sari (pejantan), lalu buka mahkotanya dan ambil anter yang sudah siap untuk diserbukkan kekepala putik atau stigma.
Melakukan pemindahan serbuk sari kekepala putik.
Setelah menyilangkan diberi tanda dengan cara memberi ikatan pada tangkai bunga yang disilang dengan mengunakan benang, dan beri label pada batang tetua betina dengan nama kedua tetua yang disilangkan.

Tingkat keberhasilan persilangan

Jaya Wijaya X Detam 1

Persentase keberhasilan =   (berhasil disilang)/(jumlah silang)   X   100%
  =   2/24   X   100%
=   8,33 %
Dari hasil persilangan yang saya lakukan pada tanaman kedelai, ternyata persentase keberhasilan yang didapat adalah sebesar hasil perhitungan diatas, dimana untuk persilangan antara kedelai varietas jaya wijaya dengan kedelai varietas detam 1 didapatkan persentase keberhasilan sebesar 8,33 % dimana jumlah biji perpolong yaitu 2 biji kedelai walaupun sebenarnya dalam satu polong ada 3 biji akan tetapi satu biji pada polong hasil persilangan kosong.

Alasan Keberhaslian Dan Ketidak Bershasilan Persilangan
Hasil persilangan tersebut kemungkinan tidak 100% dihasilkan dari persilangan buatan. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan pemulia dalam hal menerima informasi, yaitu bunga yang kami silangkan ternyata bunga yang telah hampir mekar sehingga kemungkinan ada serbuk sari yang sudah jatuh pada stigma dan telah terjadi pembuahan. Namun tidak semua hasil silang tersebut berasal dari bunga yang hampir mekar, akan tetapi ada juga bunga yang disilangkan tersebut berasal dari bunga yang disilangkan sewaktu kuncup dan hampir mekar.
Sebenarnya cukup banyak bunga yang kami silangkan yaitu sekitar 24 bunga. Namun dari sebanyak itu hanya 2 bunga yang jadi dan sisanya tidak jadi, atau tingkat keberhasilan adalah sekitar 8,33% , memang pada awalnya bunga itu telah hampir jadi pentil/buah polong. Namun setelah beberapa hari kemudian bakal polong tersebut tidak berhasil menjadi polong melainkan gugur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung misalnya pada saat persilangan terjadi kekurangan air, akibatnya banyak pentil/polong kedelai yang gugur karena kadar air yang kurang tercukupi, Mungkin juga bisa disebabkan karena tiap varietas kedelai juga memiliki tingkat keberhasilan penyerbukan yang berbeda-beda, dan kecocokan dalam persilangan, hal ini terlihat ada kegagalan yang begitu besar dari penyerbukan buatan ini, mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh tingkat ketelitian oleh pemulia sendiri, sebab struktur bunga yang begitu kecil dan kondisi lingkungan yang tidak stabil dan kurang nya siraman air dari pemulian, dan serta adanya faktor dalam misalnya perbedaan tingkat persilangan antara varietas yang berbeda.




























Kesimpulan dan saran
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
Proses persilangan tanaman kedelai ini banyak membutuhkan ketelitian / kejelian si pumulia agar tidak terjadi kegagalan.
Kondisi lingkungan tidak boleh dalam kondisi terlalu lembab atau kering.
Proses pemindahan serbuk sari ke kepala putik, alat yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Bunga yang akan disilang sebaiknya bunga yang diperkirakan akan mekar ke esokan harinya.
Pemulia harus mempelajari struktur bunga nya terlebih dahulu.
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:
Stuktur bunga.
Waktu berbunga.
Saat bunga mekar.
Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
Tipe penyerbukan.

6.2 Saran
Sebelum melakukan persilangan hendaknya praktikan mempelajari / membaca penuntun praktikum agar tidak terjadi kesalahan informasi yang menyebabkan kegagalan dalam proses persilangan dan praktikan / pemulia hendaknya lebih jeli dalam hal penyilangan tanaman kedelai, tanaman yang sudah disilangkan sebaiknya diberi cukup air, artinya selalu disiram.










Lampiran 1.
Gambar Tanaman Kedelai usia 1 minggu






Gambar tanaman Kedelai usia 2 Minggu







Gambar Proses Persilangan
Gambar Polong Hasil Persilangan

LAPORAN PEMULIAAN TANAMAN SISTEM REPRODUKSI


Materi ke I
SISTEM REPRODUKSI TANAMAN
1. Tujuan
Mahasiswa mengenal alat kelamin jantan dan betina pada bungga.
Mahasiswa mengetahui variasi bentuk dan letak alat kelamin jantan dan betina pada bungga.
Mahasiswa dapat membedakan jenis bungga pistillate, staminate, dan hermaprodit.
Mahasiswa mengetahui waktu bunga mekar.
Mahasiswa mengetahui waktu putik reseptif

2. Prinsip teori
Reproduksi tumbuhan dibagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif. Reproduksi vegetatif terjadi secara alami dan buatan. Reproduksi generatif terbagi menjadi dua yaitu pada Gymnospermae dan Angiospermae. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan di atas terjadi secara alami. Tumbuhan juga dapat dikembangbiakkan secara buatan dengan cara: mencangkok, stek, okulasi, merunduk, kultur jaringan dan lain-lain (Srikini 2008: 4).
Reproduksi seksual pada tumbuhan terjadi pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka, misalnya pinus, cemara, melinjo, damar, dan pakis haji), dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup yaitu monokotil dan dikotil). Flora atau tumbuh-tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia sama-sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya karena cara inilah tumbuhan mempertahankan keturunannya. Kegiatan berkembangbiak atau beranak ini pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan betina atau kepala putik dengan benang sari (Pratiwi 2007: 191).  
Perkembangbiakan secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan atau anakan tanaman baru. Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya seperti bawang merah. Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada di sekitarnya yang dapat tumbuh dengan cara geragih adalah batang yang menjalar secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya jadi tanaman baru. Contoh seperti jagung dan ketela rambat (Campbell 2003: 355).
Sistem reproduksi ini tidak melibatkan proses penyerbukan. Keuntungan reproduksi secara buatan ini adalah keturunan yang dihasilkan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya dan cenderung lebih cepat menghasilkan buah. Kekurangannya antara lain sistem perakaran kurang kuat dan jika ranting dipotong menyebabkan menurunnya pertumbuhan. Reproduksi vegetatif merupakan suatu perluasan dari kapasitas tumbuhan untuk  melakukan pertumbuhan tak terbatas. Individu baru (keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual dikatakan termasuk dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai susunan genetik yang sama (Pratiwi 2007: 356).
Gametogenesis adalah peristiwa pembentukan gamet (sel kelamin). Pembentukan spermatozoid disebut dengan spermatogenesis, sedang pembentukan ovum disebut dengan oogenesis. Spermatogenesis pada tumbuhan adalah proses pembentukan serbuk sari yang berlangsung di kepala sari dan oogenesis berlangsung  di ruang bakal buah (putik). Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari di kepala putik untuk tumbuhan Angiospermae sedang untuk Gymnospermae langsung pada bakal biji (Srikini 2008: 5).                              
Reproduksi  pada tumbuhan dari sel generatif dapat terjadi dengan pembuahan (amfimiksis),  atau tanpa  melalui pembuahan (apomiksis). Reproduksi (perkembangbiakan) ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Dengan reproduksi  maka makhluk hidup dapat mempertahankan kelangsungan jenisnya (spesies) sehingga tidak punah. Pembuahan pada angiospermae disebut pembuahan ganda sebab terjadi 2 kali pembuahan (Pratiwi 2004: 193).
Sama seperti halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah.Baik benangsari maupun putik dilindungi oleh kelopak bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk mahkota bunga. Polinasi atau penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari benangsari masuk ke kepala putik bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal biji. Ada juga tumbuhan yang bisa dikembangkan tanpa pembuahan (Srikini 2007: 28)

3. Bahan Dan Alat
a. Allamanda sp
b. Carica papaya
c. Pinus merkusii
d. Hibiscus rosasinensis
e. Vanda sp
f. Caesalpinia pulcherima
g. Canna sp

4. Langkah Kerja

1. Mengamati setiap jenis bunga dan bagian bagiannya, jika bagian bunga terlalu kecil dapat dibantu dengan mengunakan kaca pembesar.
2. Mengambar bunga dengan beagian – bagiannya, kemudian memberi
Keterangan untuk masing masing bagian.
3. Menghitung jumlah daun kelopak (sepal), daun mahkota (petal), benang sari (statmen), dan putik (pistil)
4. Mengelompokan setiap jenis bunga kedalam tipe pin atau thrum berdasarkan ukuran stamen dan pistilnya.
5. Setelah itu kemudian mengelompokan setiap bunga termasuk pistillate, staminate, atau hermaprodite (biseksual)
6. Kemudian kelompokan setiap jenis ke dalam kelompok yang menyerbuk sendiri atau silang
7. Mencari informasi kapan waktu mekar dan reseptifnya putik untuk setiap jenis bunga atau dalam kata lain kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan persilangan buatan
8. Merekap hasil pengamatan anda untuk point 3-7 dalam tabel.


5. Hasil dan pembahasan
a. Hasil Praktikum
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Allamanda sp
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae                        
Divisio            : Spermatophyta
Class               : Monocotyledonaea
Ordo               : Apocynales
Family            : Apocynaceae
Genus             : Allamanda
Spesies      :Allamanda sp                      
Nama              : Bunga Allamanda
Keterangan :
1.    Pediculus
2.    Calyx
3.    Corolla
4.    Ovarium
5.    Stylus
6.    Stigma
7.    Stament

b. Carica papaya
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio    : Spermatophyta  
Class       : Dicotyledoneae
Ordo       : Caricales
Family    : Caricaceae
Genus      : Carica
Spesies    : Carica papaya
Nama      : Bunga egeta
Keterangan :
1.         Stamen  
2.         anther
3.         filament
4.         stigma
5.         stilus
6.         ovul

c. Pinus merkusii                                                                  
Klasifikasi                                                      Kingdom        : Plantae
Divisi              : Spermatophyta                    
Class               : Dycotyledonae              
Ordo               : Coniferales                      
Family            : Pinaceae                      
Genus             : Pinus          
Spesies           : Pinus merkusii
Nama              : Pinus                                  
Keterangan :

1.    Bakal biji
2.    Mikrospora
3.    Strobilus betina
4.    Strobilus jantan

d. Hibiscus rosasinensis
Klasifikasi
Kingdom  : Plantae
Divisio     : Spermatophythas
Class       : Dicotyledoneae
Ordo        : Malvales
Family      : Malvaceae
Genus      : Hibiscus
Spesies     : Hibiscus rosasinensis
Nama       : Kembang sepatu        
Keterangan :
1.  Pediculus 5. Filament
2.  Calyx 6. Polen
3.  Corolla 7. Stylus
4.  Ovarium 8. Stigma

e. Vanda sp
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Class               : Monocotyledoneae
Ordo               : Polales
Family            : Orchidaceae
Genus             : Vanda
Spesies           : Vanda sp
Nama              : Anggrek
Keterangan :
1. Corolla
2. Folium
3. Caulis
4. Stamen
5. Stigma

f. Caesalpinia pulcherima
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio     : Spermatophyta
Class        : Dicotyledoneae
Ordo        :  Leguminosae            
Family      : Caesalpiniacea
Genus      : Caesalpinia
Spesies     : Caesalpinia pulcherrima
Nama       : Bunga Merak

Keterangan :
1.    Pediculus
2.    Calyx
3.    Corolla
4.    Stigma
5.    Stamen
6.    Ovarium
7.    Stylus
8.    Filament

g. Canna sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio    : Spermatophyta
Class       : Monocotyledoneae
Ordo       : Cannaceales
Family    : Cannaceae
Genus     : Canna
Spesies   : Canna sp
Nama     : Bunga canna

Keterangan :
1.    Corolla
2.    Stigma
3.    Calyx
4.    Sepal
5.    Pediculus
6.    Stamen
7.    Polen
8.    Petal

b. Pembahasan
Allamanda sp adalah bunga yang berupa perdu, berumur panjang (perenial), tinggi bisa mencapai ± 4 meter.  Batangnya berkayu, silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai dan merenggang.  Menurut Srikini (2008: 28) bahwa daun Allamanda sp tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau, bentuk jorong, panjang 5 – 15 cm, lebar 2 – 5 cm, helaian daun tebal, ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan bawah halus, serta bergetah.  Bunganya majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundibuliformis) berwarna kuning, panjang mahkota 8 – 12 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus).
                 Carica papaya merupakan semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus, bulat silindris, diatas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, di luar terdapat tanda berkas daun yang banyak, tinggi tumbuhan ini antara 2,5 – 10 meter. Menurut Pratiwi (2007: 205) bahwa daunnya berjejal pada ujung batang dan ujung cabang, tangkai daun bulat silindris, berongga, panjang 25 sampai 100 cm, helaian daun telur bulat, bertulang daun menjari, bercabang menjari berbagi menjari ujung runcing dan pangkal berbentuk jantung garis tengah 25 – 27 cm, taju selalu berlekuk menyirip tidak beraturan.
Vanda sp termasuk ke dalam jenis akar serabut (monokotil) dan merupakan akar udara atau akar gantung yang berfungsi untuk mencegah kehilangan air yang terlalu besar. Bunga ini umurnya relatif pendek termasuk biseksual karena memiliki putik dan benang sari. Menurut Srikini (2008: 35) bahwa bunga anggrek terdiri dari lima bagian utama, yaitu sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), benang sari, putik, dan juga ovari (bakal buah). Sepal berfungsi untuk melindungi kuncup. Anggrek memiliki 3 helai sepal yang warnanya indah, berlainan dengan sepal bunga lainnya yang umumnya berwarna hijau, letaknya membentuk segitiga. Setelah sepal, didapatkan 3 helai petal yang juga terletak dalam bentuk segitiga.
Caesalpinia pulcherima  merupakan perdu. Daun hampir selalu majemuk menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau beranak daun satu. Menurut Srikini (2008: 31) bahwa terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah bahwa pada suku ini, bunga memang masih sering mempunyai mahkota yang nyata berbentuk seperti kupu-kupu pula, tetapi ke 5 daun mahkota bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daun mahkota kurang dari 5, bahkan sampai tidak ada. Benang sari 10, jarang lebih, biasanya berlekatan dengan bermacam-macam cara.
Canna sp merupakan herba tegak dengan tinggi 0,5 – 2 m. Semua bagian vegetatif dan daun kelopak sedikit atau banyak berlilin. Helaian daun eliptis memanjang dengan pangkal dan ujung runcing berwarna hijau muda sampai hijau tua, kerapkali merah kecokelatan atau keseluruhannya coklat tua, tepi pucat atau pucat. Menurut Pratiwi (2007: 202) bahwa karangan bunga kerapkali bercabang. Daun kelopak tidak sama, kerapkali berwarna serupa dengan mahkota panjangnya 1 sampai 1,5 cm.
Daun tunggal bertepi rata atau berlekuk beranekaragam. Kebanyakan bertulang menjari, duduknya tersebar mempunyai daun-daun penumpu, bunga banci, aktinomorf, daun kelopak 4 – 5 lembar dengan susunan katup. Menurut Srikini (2008: 33) bahwa Hibiscus rosasinensis merupakan semak atau terna, jarang yang berupa pohon, seringkali dengan batang yang mempunyai serabut-serabut kulit, serta penutup permukaan organ-organ tertentu yang berupa rambut-rambut bintang atau sisik-sisik. Daun tunggal, bertepi rata atau berlekuk beraneka ragam, kebanyakan bertulang menjari, duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga besar, banci, aktinomorf, daun kelopak 4 – 5, sedikit banyak berlekatan.
                   Pinus merkusii merupakan anggota coniferales yang paling terkenal dan umumnya dijumpai di hutan alamiah atau lindung. Menurut Campbell (2003: 175) bahwa Pinus merkusii memiliki struktur bunga majemuk dan bereproduksi dengan strobilus dan merupakan tumbuhan berumah satu. Bunga jantan bertumpuk pada tunas yang muda yang memiliki panjang ± 2 cm. Sedangkan bunga yang betina di ujung tunas yang muda berbentuk silindris dan runcing. Pada ujungnya runcing, bersisik dan berwarna coklat. Buahnya berbentuk kerucut berperisai seperti sisik, ujungnya berbentuk jajar genjang. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih dan bersayap, mudah terlepas dan berwarna putih kekuning-kuningan







6. Kesimpulan dan saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
1. Pada Hibiscus rosasinensis terdapat dua alat kelamin yaitu putik dan benang sari dimana letak benang sari berada dibawah putik.
2. Bahwa Carica papaya tidak mempunyai kelopak bunga.
3. Bunga Caesalpinia pulcherima berupa bunga majemuk.
4. Caesalpinia pulcherima dan Allamanda sama-sama mempunyai bentuk bunga menyerupai bentuk terompet.
5. Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari di kepala putik untuk tumbuhan Angiospermae sedang untuk Gymnospermae langsung pada bakal biji.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN HERITABILITAS


Materi ke II
PERHITUNGAN NILAI DUGA HERITABILITAS
1. Tujuan
Mahasiswa memahamidan mampu melakukan perhitungan dan interprestasi nilai duga heritabilitas dengan metode komponen varians.
2. Prinsip teori
Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak dipakai dalam pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam fenotip dari suatu karakter.
Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan besarnya ialah :


dimana σG2 merupakan total ragam genotipe, dan σE2 adalah total ragam lingkungan.
Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan apakah disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor-faktor lingkungan. Sehingga diperlukan suatu pernyataan yang bersifat kuantitatif antara peranan faktor keturunan relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dalam memberikan penampilan akhir atau fenotipe yang kita amati. Heritabilitas yang demikian, kita sebut sebagai heritabilitas dalam arti sempit, yang besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana σA2 adalah ragam genetik-aditif, sedangkan σG2 dan σE2 telah didefinisikan dibawah (1).
Nilai heritabilitas pada (2) tentu saja lebih kecil dari/atau maksimum sama dengan nilai heritabilitas pada (1). Hal ini akan menjadi jelas kalau kita ingat bahwa sA2 adalah merupakan sebagian daripada : σG2= σA2 + σD2 + σE2
Banyak cara untuk memperoleh nilai heritabilitas. Satu cara dengan lainnya belum tentu memberikan nilai yang persis sama. Cara perhitungan heritabilitas di atas adalah merupakan pendugaan heritabilitas berdasarkan komponen ragam. Pada umumnya dilakukan terhadap populasi awal yang baru terbentuk.
Metode pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam pemuliaan tanaman, metode ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi PO). Pendugaan heritabilitasnya didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung (fullshib). Untuk tanaman menyerbuk silang, bila progeny (keturunan) saudara tiri diregresikan dengan tetua tunggal, maka berlaku h2 = 2b, di mana b = Cov (P,O)/Var (P). Sedangkan untuk tanaman menyerbuk silang bila saudara sekandung diregresikan dengan mid parent atau pada tanaman menyerbuk sendiri antara F1 dan F2, atau F2 dan F3, dan seterusnya, maka berlaku h2 = b. Dengan P-O regression ini pendugaan dapat berbias bila asumsi yang digunakan (tidak ada hubungan antara tetua P1 dan P2 atau peran gen tidak aditif, atau skala yang berbeda) tidak berlaku sehingga untuk pengujian lebih lanjut terdapat koreksi yang disebabkan oleh hubungan tersebut.
Untuk pendugaan heritabilitas dalam arti luas dengan cara lain, secara sederhana dapat memperoleh dengan jalan menanam dalam satu percobaan, kedua populasi F1, F2 dari pertanaman tersebut. Keragaman F1 merupakan ragam lingkungan, sedangkan ragam pada F2 adalah ragam genetik dan ragam lingkungan. Dengan demikian heritabilitas dari karakter tersebut adalah :
h2bs = σG2/(σG2 + σE2) = (σF22 – σF12)/σF22
Contoh yang lain adalah apabila kita mempunyai satu set dari populasi kedua tetua (A dan B), F1 dari A x B, Silang balik F1 ke masing-masing tetua [BC1 = ( A x B ) B dan BC2 = ( A x B ) A], dan F2 dari persilangan A x B. Pendugaan heritabilitas berdasarkan populasi ini akan lebih baik karena lebih telitinya pendugaan ragam lingkungan, yakni berdasarkan rata-rata dari A , B dan A x B. Ketiga populasi ini diharapkan tidak bersegregasi dan memberikan nilai ragam lingkungan yang lebih baik dari pada ragam F1 saja. Dengan mengikutsertakan induk kedua tetua, F1, BC1, BC2 , dan F2 maka kita bisa menduga heritabilitas dengan arti sempit, dalam hal ini :
h2ns = 1/2 x σA2/(1/2 σA2 + 1/4 σD2 + σE2), di mana pembilang dapat diperoleh dari : 2σF22 – (σBC12 + σBC22). Sedang penyebut adalah ragam dari F2 sendiri
3. Bahan Dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a. Kawi h. Kaba
b. Detam 2 i. Menyapa
c. Gumitir j. Anjasmoro
d. Argopuro k. willis
e. Cikuray l. Petek
f. Ringgit m. Jaya wijaya
g. Ijen

4. Langkah Kerja
Metode
Percobaan disusun dengan rancangan Acak Kelompok 5 ulangan dengan 13 varietas kedelai sebagai perlakuan, sehingga seluruhnya terdapat 65 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri dari 4 polibag, setiap polibag terdiri dari2 tanaman. Tanaman sampel diambil secara acak atau dua polibag di anatara empat polibag tanaman yang terdapat pada setiap percobaan, dengan jumlah tanaman sampel yang diamati berjumlah 3 tanaman.
Varibel yang diamati untuk perhitungan nilai duga heritabilitas
Pengamatan dilakukan pada saat panen pada seluruh tanaman sampel (4 tanaman) untuk parmenter- pamenter berkut:
1. Tinggi tanaman (cm) : pengamatan dilakukan dengan mengukur  tanaman sampel dari leher akal sampai ketiti tubuh
2. Jumlah cabang : pengamtan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang utama pada tanaman sampel
3. Jumlah buku subur : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah semua buku yang mengandung sedikitnya satu polong atau lebih.
4. Jumlah polong per tanaman : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel.
5. Jumlah biji per polong : pengamatan dilakukan dengan menghitung rata rata jumlah biji per polong pada setiap tanaman sampel.
6. Jumlah biji per tanaman : pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah seluruh biji yang terdapat pada tanaman sampel.
7. Bobot biji per tanaman (g): pengamatan diakukan dengan menimbang bobot biji setiap tanaman sampel yang telah dikeringkan / dijemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 3 hari (KA ± 14%)
8. Bobot 100 biji : pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot 100 butir biji baik yang terdapat pada tanaman sampel yang telah dikeringkan / dijemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 3 hari (KA ± 14%), jika jumah biji dalam satu batang tanaman kurang dari 100 butir, lakukan konversi sehinga diperoleh bobot 100 butir.










5. Hasil dan pembahasan
5.1 Hasil
Hasil dari praktikum kali ini terdapat pada lampiran 1.

5.2 Pembahasan



6. Kesimpulan dan saran

LAPORAN PRAKTIKUM PASCA PANEN PROSESING BENIH


BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang
Di Indonesia, dalam bidang agronomi, yang dimaksud benih adalah fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya secara generatif. Sedangkan dalam pengertian ilmu tumbuhan, yang dimaksu dengan benih adalah biji yang berasal dari ovule. Ovule dalam pertumbuhannya setelah masak (mature), lalu menjadi biji (seed), sedangkan integumentnya menjadi kulit biji (seed coat) dan ovary menjadi buah (fruit). Dalam pengertian praktis sehari-hari oleh petani, bahkan juga oleh beberapa agronomiawan, istilah benih ini sering dicampur-campurkan dengan istilah bibit.
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas-varietas yang mempunyai genotipe yang baik. Sedangkan yang dimaksud faktor fisik yaitu benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian, persen perkecambahan tinggi, bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insektisida, kadar air biji rendah yaitu 12-14% untuk benih serealia dan kedelai.
Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan sampai diterima oleh petani untuk ditanam.
Untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang tinggi yang sesuai dengan keinginan petani,maka tidak hanya hal-hal di atas saja yang perlu diperhatikan akan tetapi pada proses pengolahan pun juga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus agar benih yang dihasilkan tetapo berkualitas. Pada bagian pengolahan meliputi pembersihan benih, grading dan perlakuan benih.
Processing / Pengolahan Benih
Pada bagian pengolahan benih, terbagi atas beberapa bagian-bagian dimana masing-masing bagian tersebut memiliki peranan yang sama penting dalam menentukan kualitas suatu benih.
Pembersihan Benih Dan Pemungutan/Pengumpulan Benih
Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam kegiatan pengumpulan benih.
1. Yang perlu dilakukan sebelum benih dikumpulkan
Menentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis)
Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih

1.2 Tujuan :
Untuk mendapatkan benih cabe, tomat yang siap untuk dikemas


BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat Dan Waktu
Adapun tempat waktu praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,   Juni 2012
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian    Uniersitas Jambi.
2.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Alat
Unit penimbang,
Pisau belah,
Ember plastik,
Saringan kelapa,
Penampi/tampah,
Sarung tangan

Bahan
Buah tomat yang matang fisiologis 1 kg,
2.3. Cara Kerja:
a. Buah dibuka dengan menggunakan pisau, lalu di pisahkan seluruh bijinya
b. Bersihkan biji dengan air mengalir sampai daging biji dibersihkan seluruhnya
c. Biji di letakkan di tampah untuk dikering anginkan
d. Setelah biji kering lalu ditimbang berat bijinya.
e. Catat hasil pengamatan, bahas dengan menggunakan teori dan buat kesimpulannya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Tomat
Berat total : 760gr
Berat daging : 746gr
Berat biji basah : 16 gr
Berat biji kering : 1 gr
b. Cabai
Berat total : 100gr
Berat daging : 76gr
Berat biji  basah : 24 gr
Berat biji kering : 15gr

3.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan mencoba mengolah benih dengan mengolah mengunakan metode atau cara manual biasa yaitu mengupas kulit tomat dan cabai yang kemudian biji dan daging buah dipisahkan, biji dibersihkan dari kotoran dan setelah itu dikering angginkan.
Sehinga  dapat didapat berat total seluruh biji tomat yaitu 769 gram, berat daging 746 gram dan biji basah 16 gram dan biji kering 1 gram sedangkan pada buah cabai dapat dihasilkan berat total yaitu 100gram, berat daging buah yaitu 76 gram, berat biji basah 24 gram dan berat biji kering 15 gram, sehinga dapat dilihat bahwa biji tomat dan cabai memiliki berat yang berbeda apabila sudah biberi perlakuan.

PASCA PANEN BUNGA POTONG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penanganan pasca panen terhadap bunga potong sangat berperan penting terutama di dalam hal memperpanjang kesegaran dan vaselife dari bunga potong. Hal yang sering menjadi permasalahan utama adalah, sesaat setelah bunga dipanen, akan mengalami kelayuan, senescence (menguning, coklat) dan absisi (gugur). Oleh karenanya, diperlukan suatu penanganan pasca panen yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga dan diharapkan dengan adanya beberapa perlakuan khusus dapat memperpanjang vaselife dari bunga potong tersebut.
Kerusakan bunga setelah dipanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan asal tanaman bunga tersebut. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah suhu, kelembaban dan air, sedangkan dari tanamannya adalah makanan (metabolit) dan hormon endogen. Hormon endogen yang sangat berpengaruh terhadap bunga adalah etilen untuk senescence dan ABA ( Absisic Acid ) untuk gugurnya bunga tersebut. Baik waktu masih berada di tanaman maupun pada saat bunga berpisah dari induknya, hormon-hormon inhibitor menjadi lebih dominan bekerjanya dibandingkan dengan promotor. Dalam hal ini, etilen dan ABA bekerja cukup aktif bilamana tidak dikendalikan.
Berbagai macam perlakuan pasca panen dapat mengurangi waktu kerusakan bunga setelah dipanen. Selain perlakuan bahan kimia, perlakuan pengaturan lingkungan seperti suhu sangat berpengaruh terhadap lamanya masa kesegaran bunga. Suhu rendah sekitar  4-50C dapat menunda kelayuan bunga. Penyediaan karbohidrat sebagai sumber energi diperlukan sebagai bahan formula pengawet. Demikian halnya dengan bahan penghambat kerjanya etilen, dan bakterisida sebagai pencegah timbulnya penyakit yang sangat dibutuhkan agar kesegaran bunga dapat diperpanjang waktunya.
Upaya penanggulangan secara kimia dengan menggunakan larutan pengawet biasanya terdiri dari bahan-bahan sumber energi, penurun pH, bakterisida, senyawa anti etilen. Sumber energi yang digunakan umumnya sukrosa, tetapi glukosa, fruktosa juga efektif. Gula berperan dalam kesegaran kuncup bunga karena menyediakan karbohidrat yang digunakan dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup bunga.
Keadaan pH yang rendah dapat menanggulangi bunga terhadap serangan bakteri. Bahan penurun pH yang banyak digunakan adalah asam sitrat karena tidak menurunkan pH terlalu rendah dan bekerjanya lebih cepat. Pada pH 3-4 penyerapan air baik, tidak terjadi embolism.Yang dimaksud dengan embolism adalah terperangkapnya gelembung udara dalam xilem pada tangkai bunga. Pemberian asam sitrat hingga pH mencapai 3-4 akan menyebabkan berkurangnya perkembangbiakan bakteri, karena pH 3-4 bakteri tidak tahan hidup.
Pada bunga sedap malam, Menurut Naidu dan Reid (1989), penggunaan larutan 2 % sukrose sebagai pre treatment atau pulsing selama 15-20 jam atau dengan 1,5 % larutan pengawet bunga, akan memperpanjang kesegaran bunga. Penggunaan larutan penyegar yang terdiri dari 3% sukrose, 0,03 % 8-hydroxyquinoline citrate dan 0,01 % silver nitrate yang dilarutkan dalam air destilasi akan meningkatkan jumlah kucup yang membuka dan mengurangi gugurnya bunga dan meningkatkan ketahanan bunga (Khondakar dan Mazumdar, 1985 dalam Naidu and Reid, 1989). Larutan penyegar pulsing 1,5 % gula + 200 ppm Sodium benzoat meningkatkan jumlah kuncup mekar dan ketahanan bunga sampai  7 hari (Suyanti et al dalam Muhajir et al., 2001). Sedangkan menurut Sunarmani et al., (1997), 300 ppm Na-benzoat sebagai larutan holding efektif memperpanjang kesegaran bunga sampai 7,9 hari demikian pula larutan holding 2 % gula+ 200 ppm AgNO3 mampu mempertahankan kesegaran bunga sampai 9 hari ( Muhajir dam Tisnawati et al dalam Muhajir et al., 2001).
Untuk bunga potong seperti Calla Lily, Mawar, Gerbera, Snapdragon, untuk memperpanjang kesegaran bunga yaitu dengan ditambahkan 40 g gula/liter dan 100 ppm 8-hydroxy quinoline citrate. Bunga yang dipanen dapat segera dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 8-12 jam.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu mengetahui teknik penanganan pasca panen bunga potong dan mampu melakukannya.





BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat Dan Waktu
Adapun tempat waktu praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,   Juni 2012
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian    Uniersitas Jambi.

2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Alat
Gunting / cutter
Bak/ember plastik
Botol Aqua
Bahan
Bunga potong segar
Air
Gula
Garam
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Zat Preservative Buatan  (Floralife/ Krysal)

2.3 Cara Kerja
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan
2. Gunting tangkai bunga potong yang masih segar di dalam air yang berada di dalam ember
3. Masukkan tangkai bunga ke dalam masing-masing botol aqua sesuai dengan perlakuan masing-masing.
4. Amati vaselife selama 2 hari sekali, untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesegaran bunga potong tersebut.

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Pengamatan
Nama tanaman Perlakuan Konsentrasi Hasil
Alamanda cathartica Gula 5% Daun layu, daun berwarna hitam
10% Daun layu, daun berwarna hitan dan kering
15% Daun layu, batang layu, daun berwarna hitam dan kering
Cuka 5% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
10% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
15% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
Bayclin 5% Daun layu
10% Daun layu
15% Daun gugur dan layu
Kontrol 0% Daun layu
Keterangan : Beri tanda V apabila kondisi bunga masih prima (tangkai tegak, petal bunga segar)








3.2 Pembahasan
Pada percobaan pasca panen bungga potong pada perlakua berbagai macam seperti pemberian larutan gula, beyclean, cuka mengalami kelayuan pada bungga potong, ini disebabkan karena bungga potong tidak dapat terpenuhi kebutuhannya pada kondisi tersebut dengan perlakuan diatas, akan tetapi pada perlakuan beyclean dengan konsentrasi 5 dan 10 % daun hanya mengalami layu daun saja, sedangkan pada konsentrasi 15 mengalami gugur daun dan layu daun.
Pada larutan gula dengan kosentrasi 5% kondisi tanaman mengalami layu daun dan juga daun berwarna kuning, dan pada kondisi 10% tanaman mengalami layu daun, kuning daun, sedangkan pada kondisi 115% tanaman mengalami layu daun, kuning daun dan batang juga berwarna hitan.
Pada perlakuan pemberian cuka hampir semua tanaman mengalami hal yang sama baik dalam konsentrasi yang berbeda yaitu Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering.