Rabu, 24 Oktober 2012

PASCA PANEN BUNGA POTONG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penanganan pasca panen terhadap bunga potong sangat berperan penting terutama di dalam hal memperpanjang kesegaran dan vaselife dari bunga potong. Hal yang sering menjadi permasalahan utama adalah, sesaat setelah bunga dipanen, akan mengalami kelayuan, senescence (menguning, coklat) dan absisi (gugur). Oleh karenanya, diperlukan suatu penanganan pasca panen yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga dan diharapkan dengan adanya beberapa perlakuan khusus dapat memperpanjang vaselife dari bunga potong tersebut.
Kerusakan bunga setelah dipanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan asal tanaman bunga tersebut. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah suhu, kelembaban dan air, sedangkan dari tanamannya adalah makanan (metabolit) dan hormon endogen. Hormon endogen yang sangat berpengaruh terhadap bunga adalah etilen untuk senescence dan ABA ( Absisic Acid ) untuk gugurnya bunga tersebut. Baik waktu masih berada di tanaman maupun pada saat bunga berpisah dari induknya, hormon-hormon inhibitor menjadi lebih dominan bekerjanya dibandingkan dengan promotor. Dalam hal ini, etilen dan ABA bekerja cukup aktif bilamana tidak dikendalikan.
Berbagai macam perlakuan pasca panen dapat mengurangi waktu kerusakan bunga setelah dipanen. Selain perlakuan bahan kimia, perlakuan pengaturan lingkungan seperti suhu sangat berpengaruh terhadap lamanya masa kesegaran bunga. Suhu rendah sekitar  4-50C dapat menunda kelayuan bunga. Penyediaan karbohidrat sebagai sumber energi diperlukan sebagai bahan formula pengawet. Demikian halnya dengan bahan penghambat kerjanya etilen, dan bakterisida sebagai pencegah timbulnya penyakit yang sangat dibutuhkan agar kesegaran bunga dapat diperpanjang waktunya.
Upaya penanggulangan secara kimia dengan menggunakan larutan pengawet biasanya terdiri dari bahan-bahan sumber energi, penurun pH, bakterisida, senyawa anti etilen. Sumber energi yang digunakan umumnya sukrosa, tetapi glukosa, fruktosa juga efektif. Gula berperan dalam kesegaran kuncup bunga karena menyediakan karbohidrat yang digunakan dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup bunga.
Keadaan pH yang rendah dapat menanggulangi bunga terhadap serangan bakteri. Bahan penurun pH yang banyak digunakan adalah asam sitrat karena tidak menurunkan pH terlalu rendah dan bekerjanya lebih cepat. Pada pH 3-4 penyerapan air baik, tidak terjadi embolism.Yang dimaksud dengan embolism adalah terperangkapnya gelembung udara dalam xilem pada tangkai bunga. Pemberian asam sitrat hingga pH mencapai 3-4 akan menyebabkan berkurangnya perkembangbiakan bakteri, karena pH 3-4 bakteri tidak tahan hidup.
Pada bunga sedap malam, Menurut Naidu dan Reid (1989), penggunaan larutan 2 % sukrose sebagai pre treatment atau pulsing selama 15-20 jam atau dengan 1,5 % larutan pengawet bunga, akan memperpanjang kesegaran bunga. Penggunaan larutan penyegar yang terdiri dari 3% sukrose, 0,03 % 8-hydroxyquinoline citrate dan 0,01 % silver nitrate yang dilarutkan dalam air destilasi akan meningkatkan jumlah kucup yang membuka dan mengurangi gugurnya bunga dan meningkatkan ketahanan bunga (Khondakar dan Mazumdar, 1985 dalam Naidu and Reid, 1989). Larutan penyegar pulsing 1,5 % gula + 200 ppm Sodium benzoat meningkatkan jumlah kuncup mekar dan ketahanan bunga sampai  7 hari (Suyanti et al dalam Muhajir et al., 2001). Sedangkan menurut Sunarmani et al., (1997), 300 ppm Na-benzoat sebagai larutan holding efektif memperpanjang kesegaran bunga sampai 7,9 hari demikian pula larutan holding 2 % gula+ 200 ppm AgNO3 mampu mempertahankan kesegaran bunga sampai 9 hari ( Muhajir dam Tisnawati et al dalam Muhajir et al., 2001).
Untuk bunga potong seperti Calla Lily, Mawar, Gerbera, Snapdragon, untuk memperpanjang kesegaran bunga yaitu dengan ditambahkan 40 g gula/liter dan 100 ppm 8-hydroxy quinoline citrate. Bunga yang dipanen dapat segera dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 8-12 jam.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu mengetahui teknik penanganan pasca panen bunga potong dan mampu melakukannya.





BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat Dan Waktu
Adapun tempat waktu praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Hari dan Tanggal : Senin,   Juni 2012
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian    Uniersitas Jambi.

2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini yaitu antara lain sebagai berikut :
Alat
Gunting / cutter
Bak/ember plastik
Botol Aqua
Bahan
Bunga potong segar
Air
Gula
Garam
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Zat Preservative Buatan  (Floralife/ Krysal)

2.3 Cara Kerja
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan
2. Gunting tangkai bunga potong yang masih segar di dalam air yang berada di dalam ember
3. Masukkan tangkai bunga ke dalam masing-masing botol aqua sesuai dengan perlakuan masing-masing.
4. Amati vaselife selama 2 hari sekali, untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesegaran bunga potong tersebut.

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Pengamatan
Nama tanaman Perlakuan Konsentrasi Hasil
Alamanda cathartica Gula 5% Daun layu, daun berwarna hitam
10% Daun layu, daun berwarna hitan dan kering
15% Daun layu, batang layu, daun berwarna hitam dan kering
Cuka 5% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
10% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
15% Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering
Bayclin 5% Daun layu
10% Daun layu
15% Daun gugur dan layu
Kontrol 0% Daun layu
Keterangan : Beri tanda V apabila kondisi bunga masih prima (tangkai tegak, petal bunga segar)








3.2 Pembahasan
Pada percobaan pasca panen bungga potong pada perlakua berbagai macam seperti pemberian larutan gula, beyclean, cuka mengalami kelayuan pada bungga potong, ini disebabkan karena bungga potong tidak dapat terpenuhi kebutuhannya pada kondisi tersebut dengan perlakuan diatas, akan tetapi pada perlakuan beyclean dengan konsentrasi 5 dan 10 % daun hanya mengalami layu daun saja, sedangkan pada konsentrasi 15 mengalami gugur daun dan layu daun.
Pada larutan gula dengan kosentrasi 5% kondisi tanaman mengalami layu daun dan juga daun berwarna kuning, dan pada kondisi 10% tanaman mengalami layu daun, kuning daun, sedangkan pada kondisi 115% tanaman mengalami layu daun, kuning daun dan batang juga berwarna hitan.
Pada perlakuan pemberian cuka hampir semua tanaman mengalami hal yang sama baik dalam konsentrasi yang berbeda yaitu Semua layu, batang dan daun layu, berwarna hitam dan kering.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar