Rabu, 24 Oktober 2012

LAPORAN PRAKTIKUM HARA TANAMAN DAN PEMUPUKAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tepung kedelai, taosi, tauco, dan minyak kedelai.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) verietas Anjasmoro yang diberi perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang, SP-36, dan KCl.
2. Membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diberi perlakuan pemupukan dengan yang tidak diberi pupuk (kontrol).
3. Memenuhi syarat 1 SKS praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill

2.2. Morfologi Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, batang, daun, bunga, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
2.2.1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah.
2.2.2. Batang dan Cabang
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi- indeterminate.
Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.
2.2.3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.
Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3 - 20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3 - 4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.
Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat.
2.2.4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2 - 25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga.
Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1 - 10 hari setelah mulai terbentuk bunga.
Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.
2.2.5. Polong dan Biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.
Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur.
Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.
2.2.6. Bintil Akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 – 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian, proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi N2 akan menurun bersamaan dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh. Di samping itu, juga diduga karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan biji dengan aktivitas bintil akar.

2.3. Stadia Pertumbuhan Kedelai
2.3.1.1. Stadia Pertumbuhan Vegetatif
Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan dicirikan dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga.
2.3.2.1. Stadia Pertumbuhan Reproduktif
Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji.


2.4. Lingkungan Tumbuh Tanaman Kedelai
Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam.
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.
2.4.1.1. Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m.
2.4.2.1. Iklim
a. Suhu
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat.
Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.
b. Panjang hari (photoperiode)
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.
c. Distribusi curah hujan
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal.
Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam.

2.5. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kedelai
Hama-hama yang biasa menyerang tanaman kedelai di lahan antara lain adalah : Aphis spp. (Aphis glycine), Melano Agromyza phaseoli, kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa), cantalan (Epilachana soyae), ulat polong (Etiela zinchenella), kepala polong (Riptortus linearis), lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), kepik hijau (Nezara viridula), dan ulat grayak (Prodenia litura).
Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman kedelai di lahan antara lain adalah : penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), penyakit layu (jamur tanah : Sclerotium rolfsii), penyakit lapu (Witches Broom : virus), penyakit anthracnose (cendawan Colletotrichum glicyne Mori), penyakit karat (cendawan Pachyrizi phakospora), penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli), penyakit busuk batang (cendawan Phytium sp.), virus mosaik (virus), dan penyakit Fusarium root Rot.

2.6. Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Pupuk juga biasa diartikan sebagai suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah (Sarwono, 2007).
2.6.1. Macam-Macam Pupuk
Dalam praktek sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
1. Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
2. Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
3. Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
Pupuk Tunggal
1. Pupuk N
Pupuk N adalah pupuk yang mengandung unsur hara nitrogen (N). Pupuk buatan yang mengandung N ini antara lain adalah pupuk ZA (amonium sulfat), urea, dan ASN (amonium sulfat nitrat). Manfaat dari pupuk N ini adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.
b. Sebagai penyusun zat hijau daun (klorofil).
c. Meningkatkan kadar protein hasil panen.
2. Pupuk P
Pupuk P adalah pupuk yang mengandung unsur hara fosfor (P). Pupuk buatan yang mengandung unsur P ini antara lain adalah DSP (double superphosphate), SP-36 (triple superphosphate), SP-36, FMP (fused magnesium phosphate), agrophos, dan lain-lain. Manfaat dari pupuk P ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk pembelahan sel dan pembentukan albumin.
b. Pembentukan bunga, buah, dan biji.
c. Mempercepat pematangan.
d. Memperkuat batang agar tidak mudah roboh dan perkembangan akar.
e. Memeperbaiki kualitas tanaman terutama sayur-mayur dan makanan ternak.
3. Pupuk K
Pupuk K adalah pupuk yang mengandung unsur hara kalium (K). Pupuk buatan yang mengandung unsur K ini antara lain adalah ZK (kalium sulfat), KCl (kalium chlorida), dan kalium magnesium sulfat. Manfaat dari pupuk K ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk pembentukan pati.
b. Mengaktifkan enzim.
c. Pembukaan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan).
d. Mengatur proses fisiologis dan metabolik dalam sel tanaman.
e. Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain.
f. Perkembangan akar.
g. Mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dn penyakit.

Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat dan nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu jaring makanan tanah.
Dalam pengelolaan tanah, pupuk kandang dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yakni pupuk hewan, kompos, dan pupuk hijau.
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5, dan 5 kg K¬2O serta usur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Knuti, Korpi dan Hide, 1970).
Sifat-sifat pupuk kandang tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan sifat yang berbeda-beda :
  Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang yang lain.
  Kotoran kambing mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi.
  Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi.
  Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan menjadi panas lebih cepat daripada pupuk kandang sapi dan babi. Karena itu petani biasanya menyebut pupuk kandang sapi dan babi sebagai pupuk dingin (cold manures).
  Dalam semua pupuk kandang P selalu terdapat dalam kotoran padat, sedang sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urine).
  Kandungan K dalam urine adalah lima kali lebih banyak daripada dalam kotoran padat, sedang kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih banyak .
  Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi, karena bagian cair (urine) tercampur dengan bagian padat.
  Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan pula oleh jenis makanan yang diberikan.

Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Tanaman-tanaman yang akan dipupuk.
2. Jenis tanah yang akan dipupuk.
3. Jenis pupuk yang digunakan.
4. Dosis (jumlah) pupuk yang digunakan.
5. Waktu pemupukan.
6. Cara pemupukan.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan selama 13 minggu di mulai dari tanggal 6 Maret 2010 sampai dengan 7 Juni 2010. Dan praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Mendalo.

3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu : cangkul, parang, patokan (ajir), bambu, kayu, gunting, tali plastik, meteran, ember, gembor, mistar, kantong plastik, timbangan analitik, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : benih (biji) kedelai, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan air untuk menyiram.

3.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Prosedur pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan lahan
Dalam mempersiapkan lahan untuk menanam kedelai yang dilakukan adalah membersihkan areal lahan dan membuat petakan tanam yang berukuran 2 m × 3 m, lalu pada petakan tersebut ditaburkan pupuk kandang sebagai pupuk dasarnya. Persiapan lahan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2010.
2. Penanaman benih kedelai
Benih kedelai yang ditanam adalah benih kedelai varietas Anjasmoro dengan populasi tiga (setiap lubang tanam diberikan tiga benih). Namun setelah benih tumbuh menjadi tanaman, satu tanaman dipotong sehingga populasinya menjadi satu tanaman setiap lubang. Benih ditanam dengan jarak 20 cm × 40 cm. Penanaman benih ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2010.
3. Pemberian pupuk (pemupukan)
Pemberian pupuk dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tahap pertama pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang pada saat pembukaan lahan dengan dosis 5 ton/Ha (3 kg/petak), dan pada tahap kedua pupuk yang diberikan adalah pupuk SP-36 dan KCl. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk SP-36 yang diberikan adalah 75 kg/Ha (45 gr/petakan) dan dosis pupuk KCl yang diberikan adalah 50 kg/Ha (30 gr/petakan).
4. Perawatan dan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai
Perawatan tanaman kedelai dilakukan selama praktikum mulai dari penanaman benih sampai sebelum panen. Perawatan yang dilakukan adalah penyiraman tanaman, pemupukan, dan penyiangan gulma. Sedangkan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan satu minggu sekali setiap hari Senin dimulai sejak tanaman kedelai berumur 2 minggu sampai tanaman berumur 10 minggu. Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, dan berat kering polong yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman yang telah dipilih secara acak.
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 13 minggu yaitu pada tanggal 7 Juni 2010. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman lalu dipangkas daunnya dan diambil polongnya. Lalu polong pada tanaman sampel hasil panen ditimbang berat keringnya. Penimbangan berat kering polong dilakukan dilaboratorium menggunakan timbangan analitik.

3.4. Parameter yang Diamati
Dalam pelaksanaan praktikum ini, ada beberapa parameter yang diamati yaitu :
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman kedelai dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai dari minggu kedua setelah penanaman sampai tanaman berumur 7 minggu.



2. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai dari minggu kedua setelah penanaman sampai tanaman berumur 7 minggu.
3. Jumlah Polong
Pengamatan jumlah polong dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dimulai setelah tanaman berumur 7 minggu sampai dengan tanaman berumur 10 minggu.
4. Berat Kering Polong
Berat polong diamati setelah tanaman kedelai dipanen yaitu setelah tanaman berumur 13 minggu. Yang diamati adalah berat kering polong kedelai.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan setiap minggunya pada praktikum ini didapatkan data pengamatan sebagai berikut :
4.1.1. Pengamatan Minggu I
Pada minggu I, yaitu pada hari Senin. 15 maret 2010, dilakukan pengamatan pada petakan kelompok 6 dan petakan kontrol. Tanaman yang tumbuh pada petakan kelompok 6 ada 69 lubang dari 75 lubang tanam. Sehingga persentase pertumbuhan tanaman kedelai pada petakan kelompok 6 adalah   × 100 % = 92 %. Sedangkan pengamatan pada petakan kontrol adalah terdapat 59 lubang tanaman yang tumbuh dari 60 lubang tanam. Sehingga persentase pertumbuhannya adalah   × 100 % = 98.33 %.
4.1.2. Tabel Pengamatan Tinggi (cm) Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 14 21.3 28.5 40 53.5 65
2 17 25 26 30.5 43.5 52
3 16 23 32 41.5 55.8 67
4 14 21.3 27.5 34 44.3 52
5 18 27 34 49 64.5 78
6 15 24.5 38 49 66 79
7 12 18 22.5 34 44 54
8 17 24.5 32 42.5 54.5 66
9 15 26 40 51 66.7 77
10 15 21 28.5 40.5 53 63



4.1.3. Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 5 11 14 23 41 53
2 5 11 11 29 32 38
3 5 11 13 22 46 69
4 5 8 11 17 23 50
5 5 11 15 21 62 76
6 5 14 17 28 60 81
7 5 8 11 20 37 47
8 5 11 14 23 35 49
9 5 11 18 30 73 97
10 5 8 14 20 45 47

4.1.4. Tabel Pengamatan Jumlah Polong Tanaman Kedelai
Sampel Minggu Ke-
7 8 9 10
1 5 45 54 60
2 3 23 31 43
3 21 47 48 52
4 6 21 26 30
5 5 65 77 84
6 28 76 86 93
7 7 29 38 53
8 6 56 81 109
9 32 91 101 128
10 6 44 60 88





4.1.5. Tabel Pengamatan Berat Kering Polong Kedelai
Sampel Berat Kering (gr)
1 29.3
2 20.5
3 30.6
4 29.2
5 43.3
6 45.9
7 16.3
8 25.3
9 50.8
10 32.2
Total (Σ) 323.4

4.1.6. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 15 19 19 24 26 27
2 14 19 19 19 19 19
3 15.5 20 20 21 24 24
4 12.5 19 18.5 21 21 22
5 13 13 21 23 24.4 26
6 16 20 18 19 20.9 26
7 13 17 19 24.5 30 32
8 14 21 21 23.5 26 32
9 17 21 23 23 23.3 27
10 14.2 18 21.5 26 29.7 32





4.1.7. Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7
1 6 9 9 11 9 12
2 5 8 9 8 11 9
3 5 6 6 9 9 10
4 5 8 10 9 12 12
5 5 7 8 11 14 15
6 5 8 8 11 14 17
7 5 7 10 13 16 12
8 8 8 8 11 13 21
9 6 6 8 9 9 15
10 5 6 7 12 15 18

4.1.8. Tabel Pengamatan Jumlah Polong Tanaman Kedelai (Kontrol)
Sampel Minggu Ke-
8 9 10
1 1 1 1
2 - - -
3 1 1 1
4 2 2 2
5 1 1 1
6 1 1 1
7 4 4 4
8 3 3 3
9 - - -
10 3 3 3





4.1.9. Tabel Pengamatan Berat Kering Polong Kedelai
Sampel Berat Kering (gr)
1 0.48
2 0
3 0.52
4 1.28
5 0.45
6 0.58
7 2.64
8 1.89
9 0
10 2.14
Total (Σ) 9.98

4.1.10. Kurva Pertumbuhan Tanaman
 




4.2. Pembahasan
4.2.1. Luas Petakan dan Jarak Tanam
Petakan tanam yang dibuat dalam praktikum ini berukuran 2 m × 3 m. Jadi luas petakan tanamnya adalah 6 m2. Dalam penanaman, jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm × 40 cm dan populasi tanaman setiap lubang tanam adalah satu populasi sehingga dalam satu petakan tedapat 75 tanaman kedelai.











Keterangan :
× = tanaman kedelai
a = 20 cm
b = 40 cm

4.2.2. Penggunaan Pupuk
Dalam praktikum ini pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Dosis yang digunakan untuk masing-masing pupuk tesebut adalah sebagai berikut :
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum menanam benih kedelai, yaitu setelah pembukaan lahan pada tanggal 7 Maret 2010. Dosis pupuk kandang yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 ton/Ha. Jadi pupuk kandang yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut :
Pupuk kandang yang digunakan =   = 3 kg/petakan
2. Pupuk SP-36
Pupuk SP-36 diberikan pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu, yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk SP-36 yang digunakan dalam praktikum ini adalah 75 Kg/Ha.
Jadi pupuk SP-36 yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut:
SP-36 yang digunakan =   = 45 gr/petakan
         =   = 0,6 gr/tanaman
3. Pupuk KCl
Pupuk KCl diberikan bersamaan dengan pupuk SP-36 pada saat tanaman kedelai berumur 1 minggu, yaitu pada tanggal 15 Maret 2010. Dosis pupuk KCl yang digunakan dalam praktikum ini adalah 50 Kg/Ha. Jadi pupuk KCl yang digunakan dalam satu petakan adalah sebagai berikut:
KCl yang digunakan =   = 30 gr/petakan
         =   = 0,4 gr/tanaman
Pemberian pupuk bagi tanaman diberikan dengan cara disebar dan dicampur merata dengan tanah untuk pupuk kandang yang diberikan lebih awal daripada pupuk yang lain. Sedangkan untuk pupuk SP-36 dan KCl diberikan secara larikan berjalur sesuai dengan dosis yang ditentukan.

4.2.3. Pengamatan Tanaman Kedelai per Minggu
Pengamatan dimulai pada minggu I setelah tanam. Pada pengamatan pertama, tanaman kedelai sudah mulai tumbuh dan bermunculan di atas permukaan tanah. Tetapi tidak semua benih yang ditanam tumbuh dengan baik. Pada petakan kami, benih yang tumbuh hanya 69 lubang tanam dari 75 lubang tanam yang dipersiapkan atau hanya 92 % yang tumbuh dengan baik. Sedangkan pada petaka kontrol, benih yang tumbuh ada 59 lubang tanam dari 60 lubang tanam yang dipersiapkan atau sekitar 98.33 % benih yang tumbuh dengan baik.
Pengukuran tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun dilakukan setelah tanaman kedelai berumur 2 minggu sampai tanaman berumur 7 minggu yang dilakukan pada hari Senin setiap minggunya, yaitu mulai tanggal 22 Maret 2010 sampai tanggal 26 April 2010. Pada stadia ini tanaman kedelai berada pada stadia pertumbuhan vegetatif dimana tanaman masih membentuk organ-organ vegetatifnya seperti akar, batang, dan daun untuk menunjang kelangsungan hidup tanaman tersebut. Dan pada minggu keenam tanaman kedelai mulai memasuki stadia pertumbuhan generatif karena sebagian besar tanaman sudah bermunculan bunga. Pada minggu ketujuh, polong sudah mulai terbentuk sehingga pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dihentikan karena pertumbuhan organ-organ vegetatif dianggap sudah tidak terjadi lagi (derteminate).
Setelah pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dihentikan, pengamatan yang dilakukan hanyalah menghitung jumlah polong yang terbentuk pada setiap tanaman sampel yang dilakukan mulai minggu ketujuh sampai pada minggu kesepuluh pada tanggal 17 Mei 2010. Dan setelah minggu kesepuluh tidak dilakukan pengamatan lagi karena hanya tinggal menunggu polong kedelai tua dan siap untuk dipanen.

4.2.4. Hasil Panen Tanaman Kedelai
Pemanenan tanaman kedelai dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 13 minggu, yaitu pada tanggal 7 Juni 2010. Dari hasil panen tersebut yang diukur adalah berat kering polong kedelai yang dihasilkan. Dan berat kering polong hasil panen tersebut berbeda antara tanaman sampel yang satu dengan tanaman sampel yang lainnya. Hasil panen pada petakan kami yang diberi perlakuan pemupukan jauh lebih banyak daripada hasil pada petakan kontrol. Hal ini juga menunjukkan bahwa pemupukan memberikan pengaruh yang nyata (significant) terhadap hasil panen tanaman kedelai.
Dari tabel berat kering polong di atas, dapat dicari rata-rata berat kering ( ) polong kedelai yang dihasilkan, baik pada petakan kami maupun pada petakan kontrol. Hasil perhitungan rata-rata berat kering ( ) polong kedelai adalah sebagai berikut :
1. Petakan Kelompok 6
Rata-rata berat kering ( ) per tanaman =  
   =
   = 32.34 gr/tanaman
2. Petakan Kontrol
Rata-rata berat kering ( ) per tanaman =  
   =
   = 0.998 gr/tanaman
Hasil panen polong kedelai pada petakan kami yang diberi perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang 5 ton/Ha, SP-36 75 kg/Ha, dan KCl 50 kg/Ha dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
 

 
 

 

 

4.2.5. Perbandingan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai yang Diberi Perlakuan dengan Kontrol
Dari data hasil dan pembahasan di atas terlihat bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diberi perlakuan pemupukan dengan yang tidak diberi perlakuan (kontrol) sangat jauh berbeda. Seperti yang diperlihatkan pada kurva pertumbuhan di atas, pertumbuhan tanaman kedelai yang diberikan perlakuan pemupukan tumbuh lebih baik dan memberikan hasil panen yang lebih banyak pula dibandingkan dengan kontrol. Pada tanaman yang diberi pupuk, hasil rata-rata berat kering polongnya adalah 32,34 gr/tanaman, sedangkan pada tanaman kontrol hanya menghasilkan rata-rata berat kering polong seberat 0,998 gr/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman karena pupuk merupakan tambahan sumber hara bagi tanaman.

4.3. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum di atas, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa :
1. Pemupukan berpengaruh nyata (significant) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
2. Perlakuan pemupukan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai.
3. Perlakuan pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
4. Pupuk merupakan suatu zat yang berperan sebagai tambahan sumber hara penting bagi tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Anonimous. 2002. Pupuk Urea. http://www.petrokimia-gresik.com/urea.asp.
_________. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/budidaya_tanaman_kedelai.pdf.
_________. 2009. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai.
_________. 2009. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk.
_________. 2009. Urea. http://www.pupukkaltim.com/ina/produk/index.php? act=urea.
Ashari, S. 1995. HORTIKULTURA Aspek Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Hardjowigeno, S. 2007. ILMU TANAH. Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo.
Samsuddin. 1997. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. PT. Bina Cipta Bandung.
Zuchri dan Mutiara. R. 1998. Program Penyuluhan Pertanian. Ektensia Volume 6 Tahun. V. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar