CP : 0857 6416 5421 |
SINOPSIS RENCANA PENELITIAN
MAHASISWA
PROGRAM MAGISTER
TEKNOLOGI PASCA PANEN
DEPARTEMEN
Nama :
Fatkhonudin
NRP :
-
Instansi Asal Bekerja :
-
Sponsor Studi : -
Universitas Asal S1 :
Universitas Jambi
Ipk S1 :
3,24
Judul
Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman kedelai
terhadap pemberian tepung daun sirsak dan tepung daun jambu biji.
Judul Sinopsis
Penelitian :
Pengaruh
pemberian asap
cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan
pasca panen cabai merah (Capsicum Annum)
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cabai
merah merupakan salah satu sayuran semusin yang termasuk family terung –
terungan yang merupakan golongan enam besar komoditas sayuran terpenting dan
benilai ekonomis tinggi. Cabai merah sangat terkenal dan sangat luas
pengunaannya, selain untuk komsumsi rumah tangga sebagai bumbu masak atau
campuran dari berbagai industri pengolahan makanan dan minuman seperti hot sauces, cabai merah juga digunakan
untuk pembuatan obat obatan. Cabai merah mempunyai kandungan gizi berupa
protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi (Za), vitamin –
vitamin, dan senyawa – senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavonoid, dan
minyak esensial. (Tarigan dan Wiryanta, 2003).
Cabai
atau produk hortikultura ini mudah mengalami kerusakan, untuk itu diperlukan
usaha usaha dalam penanganan pasca panen yang bertujuan untuk mempertahankan
kualitas produk hortkultura ini, untuk mendapatkan kualitas cabai yang baik
tentu tidak lepas dari yang namanya budidaya dan teknologi pasca panen.
Budidaya cabai meliputi pembibitan, pengolahan lahan, pemupukan, penanaman
bibit, pemeliharaan dan dan pemanenan, hingga pasca panen. Untuk mendapatkan
hasil yang baik tentu penanganan pasca panen harus diperhatikan. Pasca panen
cabai merah pada umumnya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengeringan
alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat dilakukan dengan cara
penyinaran matahari langsung misalnya dengan penyinaran atau pemanfaatan energi
panas seperti dijemur langsung dibawah sinar matahari dengan mengunakan alas
lantai semen atau tumpukan batu bata yang di plester, selain itu juga
pengeringan mengunakan rak rak yang dibuat dari kayu atau anyaman dari bambu.
Pengeringan dengan cara tersebut memiliki kerugian antara lain suhu pengeringan
dan kelembaban tidak dapat dikontrol hanya berlangsung apabila ada sinar
matahari, dapat juga dengan mengunakan mesin pengering buatan.
Salah satu metode
penanganan pasca panen dengan metode buatan yaitu dengan mengunakan asap cair. Asap
cair adalah (liquid smoke) merupakan
larutan hasil pengembunan uap asap yang dibakar dengan udara yang terbatas pada
suhu tinggi (Yulistiani, 1997). Asap cair yang digunakan berasal dari tempurung
kelapa diperoleh dengan proses pirolisa pada suhu diatas 4000C.
Komponen utama antara lain asam format, asetat, butirat, kaplirat, vanilat,
metal, dimetoksifenol, glioksal, furtural, metanol, etanol, oktanol,
asetaldehid, diasetil aseton, dan 3,4-benzopiren (Wilson 1960). Pendapat lain
menyatakan bahwa asap cair mempunyai kandungan senyawa fenol 5.13%, karbonil
13.28% dan
asam 11.39% (Tranggono, dkk. 1996). Ketiganya secara simultan dapat berperan sebagai
antioksidan dan antimikrobia serta memberikan efek warna dan cita rasa khas asap
pada produk pangan dan hortikultura
(Maga, 1987; Girrad, 1992 di dalam Karseno, dkk. 2001). Adanya sifat
fungsional (antioksidan, antimikrobia, efek cita rasa dan warna) dari
asap cair yang tidak berbeda dari asap alami, maka asap cair tempurung kelapa ini
dapat diaplikasikan ke produk hortikultura maupun pangan. Sebagai antiomikrobia,
asap cair dapat berfungsi sebagai disinfektan untuk mengatasi penyakit
pascapanen pada komoditas sayur-sayuran,
salah satunya yaitu pada
cabai merah.
Banyak
penelitian yang memanfaatkan asap cair tempurung kelapa bidang pertanian
sebagai penganti cuka pada getah karet, akan tetapi untuk pengunakan asap cair
tempurung kelapa dibidang pertanian sebagai pengawet produk hortikultura masih
minim dan belum begitu banyak diekplorasi.
Pada penelitian
Indra retnowati (2007) tentang pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai
disinfektan dalam penanganan pasca panen buah pepaya (carica papaya l.) memberikan efek yang nyata terhadap susut bobot,
penurunan kekerasan, total padatan terlarut dan total cendawan.
Untuk
itu penelitian yang akan dilakukan adalah menguji asap cair tempurung kelapa
pada cabai merah sebagai pengawet, pada penelitian ini akan melihat apakah
pengunaan asap cair tempurung kelapa juga memiliki fungsi sebagai pengawet
produk hortikultura seperti cabai merah.
Teknologi pengunaan asap cair tempurung kelapa ini masih
belum begitu dikembangkan dimasyarakat, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh pemberian asap
cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam
penanganan pasca panen cabai merah (Capsicum Annum).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat ditentukan perumusan masalah :
1.
Apakah pengunaan
asap cair tempurung kelapa dapat mempertahan mutu dan kualitas selama proses
penanganan pasca panen?
2.
Pada level
berapakah pengunaan asap cair tempurung kelapa dapat mempertahankan mutu dan
kualitas cabai?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian asap
cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan
pasca panen cabai merah.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan, mengenai pengaruh pemberian
asap cair tempurung kelapa sebagai pengawet dalam penanganan
pasca panen cabai merah.
II.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1.
Waktu dan Tempat
Penelitian
ini akan dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian akan dilaksanakan ± selama 3 bulan.
2.2.
Bahan dan Alat
Materi
penelitian adalah cabai merah dengan
berat dan warna yang seragam, asap cair tempurung kelapa, aquades. Peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain rheometer (untuk mengukur kekerasan), refraktometer atago (untuk mengukur
total padatan terlarut), timbangan digital, nampan, serta beberapa peralatan
tambahan seperti pipet, erlenmeyer, gelas ukur dll.
2.3.
Rancangan Percobaan
Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, yaitu asap cair tempurung kelapa yang
terdiri dari enam taraf perlakuan dan empat ulangan, adapun perlakuan nya
adalah sebagai berikut :
T0 = Tanpa
pemberian perlakuan
T1 = 5
ml/liter air
T2 = 10
ml/liter air
T3 = 15
ml/liter air
T4 = 20
ml/liter air
T5 = 25
ml/liter air
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4
kali dengan demikian jumlah unit percobaan ada 24, dengan ukuran wadah 40 X 30
cm dengan jumlah cabai merah dalam satu wadah 20 cabai disetiap wadahnya,
kemudian diambil sampel 4 dengan demikian total keseluruhan adalah 96 sampel.
2.4. Peubah yang Diamati
2.4.1
Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan
dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran susut bobot dilakukan
berdasarkan presentase penurunan bobot bahan sejak awal penyimpanan (W) sampai
akhir penyimpanan (Wa) dan dinyatakan dalam persen.
Untuk mengukur
susut bobot digunakan rumus sebagai berikut :
Susut bobot (%) = X 100 %
Dimana :
W = Bobot bahan
awal penyimpanan (gram)
Wa = Bobot bahan akhir penyimpanan (gram
2.4.2
Kekerasan
Kekerasan adalah komponen
kualitas dan merupakan indeks kematangan pada sayuran dan buah-buahan segar.
Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap jarum penusuk dari
rheometer. Pengujian dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung cabai
merah. Selama pengujian cabai merah dipegang dengan tangan agar buah tidak
bergeser.
2.5.Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji pengaruh konsentrasi asap cair dalam menghambat kerusakan mutu cabai
merah selama penyimpanan. Pengujian asap cair ini di lakukan dengan perlakuan
perendaman dengan konsentrasi asap cair dengan konsentrasi sesuai perlakuan
dengan waktu 5 menit.
2.5.1
Pelaksanaan penelitian ini secara rinci adalah sebagai
berikut:
1. Cabai merah yang telah masak, kemudian disortasi untuk
mencari warna dan tingkat kematangan yang seragam (kematangan 50%) dicuci
dengan air bersih dan dikering-anginkan sampai kering. cabai yang digunakan
untuk setiap perlakuan yaitu 20 cabai.
2.
Sebelum diberi
perlakuan, diambil 20 cabai disetiap perlakuan untuk diukur tingkat kekerasannya
pada hari ke-0. Selain itu cabai sebelum diperlakuan ditimbang untuk mengetahui
berat awal.
3.
Cabai merah
tersebut diberi perlakuan asap cair dengan konsentrasi yang berbeda yaitu T1,
T2, T3, T4, T5. Selain itu ada kontrol untuk mengetahui respon cabai merah
tanpa perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali.
4.
Cabai merah
direndam dalam asap cair selama 5 menit sesuai dengan konsentrasi asap cair yang digunakan sebagai
perlakuan.
5.
Cabai merah yang
telah diberi perlakuan tersebut dikering-anginkan atau ditiriskan kemudian
dipisahkan untuk mempermudah dalam pengamatan.
6.
Kemudian pepaya tersebut disimpan.
7.
Setelah itu
dilakukan pengukuran dan pengamatan mutu cabai setiap 2 hari sekali selama 15
hari. Pengamatan yang dilakukan adalah susut bobot, tingkat kekerasan.
2.6
Skema Penelitian
2.7
Analisis Data
Pengolahan data
menggunakan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan jika
terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui
perbedaan dan pengaruh perlakuan pada taraf 5%.
III.
DAFTAR PUSTAKA
Desroser, Norman W. 1988. Teknologi
pengawetan panggan. UI-Press. Jakarta
Karseno, Purnama Darmadji dan
Kapti Rahayu. 2001. Daya Hambat Asap Cair Kayu Karet Terhadap Bakteri
Pengkontaminan Lateks dan Ribbed Smoke Sheet. Agritech 21(1): 10-15.
Retnowati Indra. 2007. Skripsi
tentang kajian pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai disinfektan dalam penanganan pascapanen
buah pepaya (carica papaya l.). IPB.
Bogor
S Alex. 2012. Usaha tani cabai. Pustaka
baru press. Yogyakarta
Tarigan S dan W wiryanta. 2003. Bertanam cabai hibrida
secara intensif. Agromedia pustaka. Jakarta.
Tranggono, Suhardi, Bambang S.,
Darmadji P., Supranto dan Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Cair dari
Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa. Ilmu dan Teknologi Pangan. 1(2):
15-24.
Yulistiani R. 1997. Kemampuan
Penghambatan Asap Cair terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen dan Perusak pada
Lidah Sapi. Tesis. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan-Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.